Lebih 13 tahun ‘bangkai’ pasar Kepuh Kiriman, Waru, tidak terurus. Pemkab Sidoarjo sebagai pemilik aset tidak punya solusi untuk mengubur bangkai itu atau menyelesaikan pembangunan pasar hingga tuntas.
Tak sedikit pengorbanan pedagang yang tergusur oleh pembangunan pasar. Pasar Kepuh kiriman pernah mengukir riwayat sebagai pusat pertokoan emas terbesar di kecamatan Waru.
Namun demi pembangunan pasar yang tidak jelas, pada tahun 2012 dibawah kepemimpinan Bupati Saiful Ilah dan Wabup Hadi Sutjipto, pedagang digusur tanpa ganti rugi sepeserpun. Lahan itu sempat jadi pergunjingan sebagai aset desa Kepuh Kiriman atau Pemkab Sidoarjo. Akhirnya Pemkab dapat menunjukkan hak kepemilikan.
Dengan megahnya kala itu Bupati Saiful meletakkan batu pertama dimulainya pembangunan pasar yang berada di Jl Raya Wadungasri. Ternyata batu pertama itu tidak pernah tuntas.
Pasar yang dikerjakan pihak swasta dengan pola BOT ditinggal kabur begitu saja. Padahal sudah menyelesaikan konstruksi bangunan hingga lantai 3. Sudah 13 tahun, pasar itu bak bangkai kapal pecah.
Pemkab seperti tidak berdaya, tidak tahu bagaimana menyelesaikan pasar ini. Upaya mengejar pihak swasta atau memutus kerja sama tidak terdengar.
Melewati tiga bupati yakni bupati Saiful Ilah, Bupati Gua Muhdlor dan Bupati Subandi untuk menyelesaikan pasar yang luasnya sekitar 900 m, sungguh ironis dan tragis pasarku “pasar Kepuh Kiriman’.