Cakrajatim – Sidoarjo: Semangat bertoleransi antar-agama maupun menjaga sikap untuk tidak suka pamer ekslusif adalah bagian penting untuk menghilangkan radikalisasi di tengah masyarakat.
Anggota MPR RI, H Sungkono, di depan peserta sosiasalisasi 4 pilar berbangsa dan bernegara di Sidoarjo, Rabu (7/4) malam, mengharapkan, jangan ada kelompok ekslusif di tengah masyarakat karena itu bisa memicu kemarahan masyarakat lain . Ciptakan suasana toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan hindari ekslusifisme. “Eksklusifisme bisa menjadi benih kebencian ,” ucapnya.
Cara mencegahnya supaya kejadian di Makasar dan Jakarta tidak terulang, menurut anggota MPR dari fraksi PAN ini, dimulai dengan meningkatkan keamanan lingkungan. Satpam atau Hansipnya harus rajin mengontrol lingkungannya. Warga lingkungan juga ikut terlibat menjaga wilayahnya.
“Toleransi antar agama harus ditumbuhkan terus menerus karena ini merupakan bagian dari kebhinekaan kita. Apabila toleransi dijaga, ekslusifisme dicegah serta saling hormat menghormati diantara kita. Saya yakin itu akan banyak mengurangi bibit radikalisme,” terangnya.
Ia juga meminta pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Keberagaman di dalam masyarakat justru menjadi kekuatan perdamaian dan dapat menjadi obat karena Indonesia saat ini diserang covid, sampai kini masih tetap kewalahan mengatasinya.
Amalkan Pancasila dengan baik dan benar, karena didalamnya banyak berisi pesan-pesan tentang kerukunan, kedamaian, persatuan dan semangat perjuangan sebagai bangsa yang besar. Tantangan bangsa ini ke depan amat banyak, bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi, krisis pengangguran, penurunan daya beli dan sebagainya.
Ia mengajak peran orang tua untuk menjaga seluruh anaknya dengan baik sehingga tidak sampai anaknya terpapar pengaruh jahat yang bisa masuk lewat pintu manapun. Ajakan sesat itu bisa masuk melalui internet, pengaruh temannya, buku-buku dan pengaruh lain. Karena kalau anak kita sampai terpengaruh yang paling rugi adalah orang tuanya dulu baru orang lain.
Pengusaha kerajinan kulit ini menambahkan yang direkrut kebanyakan anak muda, milenial baru, yang dianggap masih bersih tanpa ada pengaruh Ormas agama. Mereka-mereka yang cenderung kosong secara keagamaan, kering secara spiritual.
Menurutnya, pemerintah perlu menambahkan sumber daya untuk melakukan pengawasan di internet untuk mencegah perekrutan teroris melalui media sosial maupun aplikasi berbagi pesan. hadi