Sidoarjo- cakrajatim.com: Warga yang alami musibah banjir harus cepat mendapat penanganan. Ada 42 titik banjir di kabupaten Sidoarjo dan ini merupakan peringatan dini yang perlu mendapat perhatian serius dari Pemkab Sidoarjo.
Anggota komisi D DPRD Sidoarjo, Bangun Winarso, meminta Pemkab Sidoarjo harus mengerahkan sumber daya untuk menangani korban Banjir. Bila lingkungan yang tertimpa banjir itu, rumahnya tidak bisa dihuni supaya dibuatkan dapur umum dan tenda darurat.
Kawasan lingkungan warga yang berada di aliran sungai Buntung (anak sungai Brantas) mulai dari Krian, Taman hingga kecamatan Waru layak diwaspadai. Melubernya aliran air Sungai Buntung menjadi penyebab banjir di Kecamatan Waru dan Taman beberapa hari lalu.
Tumbuhan enceng gondok menjadi biang masalah melubernya aliran air sungai tersebut. Sekitar 5 km aliran Sungai Buntung dipenuhi tumbuhan air itu seperti enceng gondok.
Sungai Buntung
Normalisasi sungai Buntung menjadi solusi pencegahan banjir di Kecamatan Waru dan Taman tidak terulang kembali. Tumbuhan enceng gondok yang menutupi aliran sungai Buntung harus dibersihkan. Dengan begitu tidak ada lagi penyumbatan aliran air yang menjadi penyebab melubernya air sungai Buntung kerumah warga.
Sekretaris DPD PAN Sidoarjo ini, hujan lebat diperkirakan masih berlangsung dalam beberapa hari. Masalah kesehatan warga juga perlu mendapat perhatian. Para Lansia, wabah penyakit menular, demam biasanya menyertai musim hujan.
Ia juga prihatin melihat tumbuhan enceng gondok di beberapa sungai. Tumbuhan itu berperan timbulnya Banjar. Seharusnya masyarakat dan Pemkab cepat membasmi enceng gondok sebelum tumbuhan itu mengular menutup permukaan air sungai. Aliran air menjadi tidak lancar dan jadi genangan di beberapa kawasan.
salah satu kendala dalam normalisasi sungai Buntung adalah bantaran sungai tersebut kini sudah menjadi pemukiman dan padat penduduk. Daerah di sekitar sungai sudah banyak dibangun rumah-rumah warga. Hal tersebut menyebabkan alat berat kesulitan mencapainya. Meski begitu akses kebantaran sungai Buntung masih dapat dilakukan dengan menyesuaikan ukuran alat berat.
Bantaran Sungai Buntung kini sudah menjadi pemukiman dan padat penduduk sehingga tidak banyak alat berat yang bisa mengakses bantaran sungai Buntung untuk menormalisasinya agar bersih dari sampah,” ucapnya.
Ia menilai upaya Pemkab menangani pembuangan enceng gondok perlu diapresiasi. normalisasi sudah dilakukan secara bertahap karena ini baru sebagian kecil untuk dapat menembus berkilo-kilo enceng gondok yang menutupi sungai Buntung ini.
Sinergi lintas sektor penting dilakukan dalam menangani permasalahan seperti ini. Keterlibatan berbagai pihak dalam langkah mitigasi bencana sangat diperlukan. Seperti halnya pencegahan banjir di puncak musim penghujan kali ini.
Enceng gondok
Enceng gondok yang menutupi aliran sungai Buntung ini sudah terlalu banyak sehingga diperlukan operasi gabungan semacam ini, kerjasama yang kuat dalam penanggulan bencana seperti ini memang harus dilakukan oleh seluruh stakeholder
Sedangkan anggota komisi D, Aditya Nindiatman menyoroti, sungai di sisi timur wilayah kecamatan Tanggulangin. Banjir juga melanda kawasan itu. Dari akses ekonomi warga sampai halaman kantor kecamatan Tanggulangin jadi sasaran genangan air, Bahkan dunia pendidikanpun tidak luput merasakan banjir Senin,19 Febuari 2024.
warga desa Gempolsari yang bersekolah tidak lagi memakai sepatu melainkan dengan sandal jepit akibat banjir. Banjir setengah betis siswa masuk pada halaman sekolah di SDN Gempolsari dan siswa sudah terbiasa adanya banjir masuk sekolahan dalam proses pembelajaran.
Ia berharap pemerintah kabupaten Sidoarjo bisa memberikan solusi terbaik bagi warga desa dari solusi penanganan debit air sampai bantuan bagi korban. Aparat desa harus tanggap dengan melaporkan banjir yang menimpa wilayah kerjanya. Di data warga yang mengungsi untuk dilaporkan secepatnya.
Kader PKS ini juga mendukung Pemkab Sidoarjo untuk merelokasi sekolah yang dianggap tidak bisa dipertahankan dari banjir seperti SDN Banjarasri Tanggulangin.
Siswa sekolah ini dipulangkan lebih awal dari sekolah, karena terdampak banjir di wilayah Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo hingga kini belum juga surut. Akibatnya beberapa ruang kelas tergenangi air hingga 20 centimeter.
Sejak dinyatakan sebagai wilayah darurat banjir oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, berdampak pada proses belajar mengajar di SDN Banjarasri, ketinggian genangan air kini semakin parah jika bandingkan seminggu terakhir yang masih mencapai 20 centimeter, kini sudah dalam ketinggian 40 centimeter.
Ia menjelaskan kalau dampak banjir di sekolahnya membuat sistem pengaturan proses belajar mengajar berubah maka harus dipertimbangkan untuk direlokasi.
Siswa kelas satu, dua dan tiga terpaksa dipulangkan lebih awal pukul 09.00 wib, yang semestinya mereka pulang pukul 12.00 wib siang. “Untuk siswa kelas empat, lima dan enam masuk sekolah pukul 09.00 wib hingga pukul 12.00 wib dikarenakan ruang kelasnya terkena genangan air sekitar 20 centimeter,” jelasnya.
Banjir kali ini terbilang cukup parah, karena halaman sekolah dan bangunan kelas pernah di tinggikan sekitar 50 hingga 70 centimeter, namun air tetap masuk keruang kelas. Pihak sekolah berharap Pemerintah Kabupaten Sidoarjo ada solusi yang baik, sehingga para siswa bisa tetap bersekolah tanpa ada genangan air.
Hujan lebat yang turun beberapa hari ini menyebabkan banjir 4 desa di kecamatan Tanggulangin. selama beberapa hari ini menyebabkan sebagian wilayah di Kabupaten Sidoarjo tergenang air. Terdapat empat desa di Kecamatan Tanggulangin yang menjadi langganan banjir di musim penghujan seperti ini.
Di antaranya Desa Kedungbanteng, Desa Banjarpanji, Desa Banjarasri dan Desa Kalidawir. Empat desa tersebut ditetapkan Pemkab Sidoarjo sebagai wilayah Tanggap Darurat Bencana Banjir.
Genangan Parah
Genangan air di empat desa itu berada di puncaknya, Sabtu 17 Februari 2024. Genangan air semakin meninggi. Yang terparah berada di Desa Kedungbanteng. Air kurang lebih setinggi 30 sentimeter itu sudah memasuki rumah warga.
Sebagian warga Desa Kedungbanteng diungsikan. Mereka mengungsi di Balai Desa Kedungbanteng dan Balai RT 08. Terdapat 25 warga yang mengungsi di balai Desa Kedungbanteng. Sedangkan 38 warga lainnya mengungsi di balai RT 08.
Masalahnya itu subsidence (penurunan muka tanah) tahun ini berapa, ini yang mengkhawatirkan,” ujarnya.
Ia meminta Seluruh stakeholder mulai dari BPBD Sidoarjo, Dinas Sosial Sidoarjo, Dinas Kesehatan serta Dinas PU Bina Marga dan SDA Sidoarjo terjun bersama menangani bencana tersebut. Baznas Sidoarjo juga dipastikan hadir untuk meringankan beban penderitaan warga.
Wakil Bupati Sidoarjo Subandi berharap pemerintah provinsi segera menormalisasi Kali (Sungai) Buntung sebagai solusi mengatasi banjir yang kerap terjadi di Kecamatan Waru.
“Harapan saya Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur segera melakukan, didatangkan pontons excavator untuk normalisasi sungai, karena kondisi sungainya dangkal. Di sisi kanan dan kiri sungai banyak ditumbuhi tanaman eceng gondok. Apalagi kondisi air laut saat ini sedang pasang,” katanya saat meninjau warga terdampak banjir di Desa Bungurasih, Waru, Sidoarjo, Rabu.
Ada lima wilayah di Kecamatan Waru sampai saat ini yang airnya masih tinggi akibat luapan dari Kali Buntung akibat curah hujan tinggi dua hari lalu. Jalan dan rumah warga masih banyak tergenang. Tinggi genangan airnya sekitar 30 cm hingga 50 cm.
Ia menjelaskan kalau kondisi sungai seperti ini dengan intensitas curah hujan tinggi maka wilayah barat akan tergenang.
Sementara kalau sungai sudah dinormalisasi, tanaman eceng gondok dibersihkan, Subandi menilai permasalahan banjir di wilayah Waru bisa selesai.
“Kali Buntung ini bukan kali rob. Solusi dari permasalahan ini, mari kita komunikasikan dan saling berkoordinasi antara pemerintah provinsi dan Pemkab Sidoarjo untuk bahu membahu menyelesaikan persoalan banjir di Kecamatan Waru,” ujarnya.
Kondisi warga terdampak banjir yang paling parah di daerah Bungurasih dan Waru. Posko dapur umum untuk masing-masing RW sudah disiapkan.
“Mengenai tanggap darurat bencana di Kabupaten Sidoarjo segera kami rapatkan, terutama untuk anggaran penanganan dan bantuan warga terdampak bencana. Apalagi dalam bulan juga terjadi bencana hampir merata, seperti bencana puting beliung minggu lalu, dan saat ini banjir di wilayah Waru,” katanya.
Sementara itu, seorang warga Ifa Rahmawati mengatakan banjir merendam permukiman sejak Minggu (4/2) malam.
“Tadi malam (Selasa, 6/2) banjir tambah parah hingga masuk ke dalam rumah setinggi betis orang dewasa,” ujarnya.
Ifa berharap pemerintah kabupaten mencarikan solusi agar banjir yang menjadi langganan setiap tahun tersebut tidak lagi terjadi.
Dia juga meminta Pemkab Sidoarjo memberikan bantuan kepada warga yang terdampak.
Abdul ghofur kepala sekolah SDN Gempolsari membenarkan proses pembelajaran masih tetap berlangsung meski dalam kondisi banjir di halaman sekolah mencapai 30cm.
“Meskipun banjir proses belajar tetap berlangsung secara biasa tapi dengan kondisinal para siswa memakai sandal masuki sekolahan bahkan dalam himbauan dari dinas pendidikan bila ruangan kelas tergenang air proses belajar mengajar bisa lewat daring”, Tandas Abdul Ghofur kepala sekolah SDN Gempolsari
Abdul Haris kepala desa Gempolsari angkat bicara satu dusun yakni dusun pologunting dari RT.11 sampai RT.15 sudah terendam banjir dan dua sekolahan Tk.Dharmawanita maupun SDN Gempolsari jadi korban genangan air.
Sebelum mengakhiri perbincangan Abdul Haris mengharapkan pemerintah kabupaten Sidoarjo memperioritaskan desa Gempolsari dalam penanganan banjir sampai bantuan untuk warga desa. (Adv, hds)