Sidoarjo – cakrajatim.com: Komisi B DPRD Sidoarjo memantau terus perkembangan harga kebutuhan pokok menjelang tibanya hari raya idul fitri. Lonjakan harga biasanya terjadi di bulan ramadhan sampai hari raya idul fitri.
Syukurlah tidak terjadi pergolakan harga. “Saya sudah pantau di beberapa pasar. Ada kebutuhan dasar yang baik seperti ayam broiler (pedaging) yang harga perkilonya Rp 40 ribu atau naik sekitar Rp 5 ribu dari harga sebelumnya. Serta cabe rawit yang sempat mencapai Rp 100 ribu dari harga sebelumnya yang berada di kisaran Rp 60-65 ribu perkilo, ” Kata ketua komisi B, Bambang Pujianto saat bersama anggota Komisi dari Demokrat, Agil Effendi melakukan pemantauan harga – harga di pasar Larangan, Jumat (7/3) siang.
Namun kenaikan harga cabe rawit tidak berlangsung lama. Saat ini harganya sudah kembali normal. Kemungkinan yang membuat harga cabe rawit, bisa disebabkan oleh banyak faktor. Bisa karena hujan yang berakibat cabe cepat rusak dan belum siap dipanen atau karena barangnya kosong.
Dalam hukum ekonomi, yang membuat harga komoditas naik karena barangnya kosong di pasaran. “Kalau kosongnya komoditas karena faktor alami tidak masalah. Yang kita kuatir kan ada kesengajaan yang dibuat pedagang untuk menimbun barang dengan target harga komoditi itu harganya melambung, ” Ucap Bambang.
Ia berharap, para pedagang jangan menimbun barang di saat seperti ini. Benar-benar minta tolong jangan sampai ada penimbunan barang menjelang lebaran. Harga komoditi sebisa mungkin yang dilakukan pedagang harus dijual sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) seperti yang sudah diatur pemerintah.
“Jangan sampai punya pikiran untuk menaikkan harga dengan cara menimbun barang. Itu bisa di ancam pidana,” Katanya mengingatkan.
Untuk menstabilkan harga bisa terkendali hingga lebaran, komisi B akan sinergi dengan Disperindag, Satpol PP, Polres untuk bersama-sama mengawasi distribusi dan penjualan barang komoditi ini sampai ke masyarakat yang paling bawah.
Upaya sinergi seperti ini, dikatakan tidak dilakukan di bulan Ramadhan dan lebaran, tapi juga di lakukan di hari besar keagamaan. Tujuannya cuma satu yakni menstabilkan harga agar tidak ada pergolakan harga yang menguntungkan pedagang sementara rakyat dirugikan.
Komunikasi terus kami jalin dengan dinas agar stabilitas harga bahan pokok di pasar terjaga. ” kata Bambang,
Peran aktif dari eksekutif sangat berdampak pada kestabilan harga bahan pokok. Dia meminta, saat ada kenaikan harga di pasaran, eksekutif bisa gerak cepat untuk turun dan menelisik faktor penyebab dari kenaikan harga tersebut.
Bambang melanjutkan, di masa pandemi ini, pemulihan ekonomi menjadi program prioritas yang harus diperhatikan pemerintah. Oleh karenanya, dia berharap pemantauan harga kebutuhan pokok serta meningkatkan pendapatan kas daerah akan lebih digalakkan lagi.
Sebab dengan melihat kebiasaan jelang Lebaran, masyarakat akan membeli berbagai kebutuhan pangan. Seperti daging, minyak goreng, dan sayur-sayuran. Bahkan ada yang membeli dalam jumlah banyak. “Untuk cadangan, karena setelah Lebaran tidak banyak pedagang yang berjualan,” imbuhnya.
Terlebih lagi belum lama sempat terjadi kelangkaan komoditas minyak goreng, dan kedelai di pasaran. Hal tersebut memicu terjadinya kenaikan harga. Persoalan ini akhirnya membuat pemerintah pusat ambil kebijakan untuk mengamankan stok sekaligus mengendalikan harga.
Operasi pasar juga harus dilakukan menjelang Lebaran. Atau ketika harga bahan pokok naiknya terlalu tinggi. “Sehingga masyarakat bisa merasakan harga bahan pokok yang terjangkau,” ujarnya.
Yang ia kuatirkan sejak awal memang kenaikan harga minyak goreng. Perusahaan itu bersama Disperindag melakukan kerjasama mendirikan pasar murah di pasar-pasar. Seperti yang sudah dilakukan sejak seminggu lalu di pasar Larangan, Porong. Yang nanti diteruskan penjualan ke pasar lain.
Ketua komisi B ini melanjutkan, minyak goreng di jual dengan harga Rp 14.700 dari harga normal Rp 15.700. Harga diturunkan Rp 1.000, pasar murah ini akan dilakukan di 18 kecamatan di Sidoarjo dalam upaya untuk mengendalikan harga.
Pasar Stabil
Anggota komisi B, Agil Efendi mengatakan, kondisi pasar untuk kebutuhan pokok Sidoarjo dirasakan aman dan mantap. Tidak ada gejolak harga pangan. Pedagang juga tidak ada satupun yang mengeluhkan gejolak harga. “Semoga kondisi ini bisa dipertahankan sampai lebaran,,” Pintanya.
Diakui permintaan bahan pangan jelang hari besar umat Islam tersebut akan meningkat tajam. Karena itu, kebutuhan pokok di bulan Ramadan dan jelang Lebaran memang perlu perhatian khusus.
Politikus partai Demokrat ini meminta pemerintah aktif melakukan pengawasan dari sekarang. ”Sehingga ketika ditemukan ada yang melakukan penimbunan, bisa langsung ambil tindakan tegas,” katanya.
Agil mengimbau kepada pemasok atau pedagang untuk tidak melakukan penimbunan. Hal itu akan merugikan masyarakat. Apalagi di tengah kondisi perekonomian yang sulit seperti saat ini. Dia meminta semua pihak saling menunjukkan kepedulian satu sama lain.
Menurut dia, hingga saat imi ketersediaan bahan pangan masih dalam kondisi aman. Tidak kekurangan stok dan produksi. Hanya saja, memang perlu dilakukan antisipasi agar kebutuhan pokok tidak ditimbun dan menyebabkan harga melonjak.
Dia menyebutkan, penimbunan kebutuhan pangan tidak hanya merugikan masyarakat. Namun juga para pedagang kecil di pasar tradisional. Adanya penimbunan membuat harga bahan pokok meroket karena stok terbatas. Hal itu menyebabkan daya beli menurun.
Menurut dia, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi penimbunan bahan pokok dan kenaikan harga adalah dengan menggencarkan operasi pasar. Pemkab diharapkan rutin memantau dan mengawasi distribusi, stabilitas harga, dan stok kebutuhan bahan pokok selama bulan Ramadan dan jelang Lebaran.
Anggota fraksi PDI-P, Kusumo Adi Nugroho menjelaskan harga lombok saat sekarang ini melonjak karena musim hujan banyak petani yang gagal panen. Termasuk produk pertanian akan selalu mengalami lonjakan harga di bulan-bulan tertentu. Hal ini disebabkan tingginya demand atau permintaan sementara supplay atau penyediaan mengalami penurunan disebabkan banyak hal, salah satunya bencana alam.
Fenomena alam
Melihat fenomena yang hampir tiap tahun terjadi dan terus terulang, Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Sidoarjo, Kusumo Adi Nugroho, Saat bencana, seperti saat ini bencana banjir pasti produk pertanian sangat terdampak. Sebut saja cabe atau lombok kecil. Pasti harga di pasar melonjak drastis.
Kusumo menjelaskan kenaikan tersebut karena banyaknya kegagalan atau tanaman cabe yang rusak akibat banjir tetapi kebutuhan akan cabe di pasaran tetap tinggi bahkan mengalami kenaikan karena moment Ramadhan. Hal yang sama pun berlaku untuk komoditas yang lain. Fenomena ini terus berulang ulang setiap tahunnya.
Selain itu, ungkap Kusumo, para petani ini juga membutuhkan pelatihan tentang bagaimana teknologi pertanian terbaru untuk mengatasi permasalahan yang selalu muncul dalam proses budidaya komoditas pertanian yang sedang mereka kembangkan. Sebut saja petani cabe, pasti membutuhkan informasi dan teknik terbaru untuk mengatasi serangan hama yang berpotensi merusak kualitas cabe.
Sedangkan anggota DPRD Sidoarjo Yunik Nur Aini, berpendapat harga sembako yang terus meningkat telah memberikan beban yang berat bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki pendapatan rendah.
Ia mendukung penurunan harga sembako dengan cara melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah yang terkait dengan harga sembako. Keinginan warga yang paling utama adalah sembako diturunkan harganya.
Anggota DPRD dari Dapil Jabon, cak Rojik berharap Pemkab Sidoarjo terus mengawasi fluktuasi harga barang pokok di pasaran. Tujuannya untuk mengantisipasi kemungkinan kelangkaan bahan pokok maupun kenaikan harga.
Menurut dia, jangan sampai terjadi kelangkaan kebutuhan pangan dan harga yang melambung tinggi. kasihan masyarakat tidak mampu membeli juga, ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah.
Ia menyarankan agar pemkab mengantisipasi peningkatan konsumsi masyarakat yang biasa terjadi di masa jelang Lebaran. (Adv, hdi)