Jalan beton Jl Kemangsen, Krian ini sungguh mempermalukan. Sejak dibangun 2016-2017 lalu, dengan teknologi Precast Rigid Pavement (PRP) yang pemasangannya dengan merangkai balok-balok beton yang dicetak pabrik beton di mojokerto, jalan ini sudah menyengsarakan pengguna jalan.
Dinas PU Bina Marga di era Ir Sigit Setiawan, kala itu bermaksud coba-coba menggunakan jalan beton dengan teknologi PRP. Teknologi PRP ini baru kali ini diperkenalkan di Sidoarjo. Tidak ada rujukan dan contoh daerah lain selain keberanian Sidoarjo yang ingin menjadi rule model PRP dengan harapan di copy paste daerah lain.
Ternyata proyek ini bisa disebut sistemnya gagal total, jalan beton Kemangsen justru menjadi rule model kegagalan sebuah eksperimen coba-coba. Pabrik beton mojokerto lah yang paling diuntungkan atas kegagalan PRP, karena bisa merogoh APBD 8 miliar untuk jalan beton sepanjang 1,1 km.
Sudah 5 tahun berjalan kita menikmati ‘keindahan’ jalan beton PRP di Kemangsen. Balok beton sebagian ambles dan permukaan jalan tidak rata. Ada balok beton yang nongol di badan jalan karena tidak tersambung sehingga bila dilewati menimbulkan goncangan pemakai mobil.
Pemkab Sidoarjo seperti tidak menemukan solusi untuk mengatasi sistem yang gagal ini. Sudah pernah balok beton ditimbun dengan beton. Bukannya bertambah baik, jalan makin rusak.
Alternatifnya menurut saya, balok beton harus diangkat dan dibuang. Diganti dengan beton cor ditempat seperti sistem pembangunan jalan beton Jl Sunandar Priyosudarno, Krian, yang menghubungkan Krian – Legundi. Itu adalah solusi terbaik.
Dan jangan mau lagi dikadali pemilik pabrik balok beton, mojokerto, yang ingin menjual konsep balon beton seperti Kemangsen yang akhirnya ambyaarr….