Cakrajatim.com – Sidoarjo: Musim hujan yang sudah di depan mata membuat was-was penghuni bantaran sungai maupun kampung dan perumahan yang berada di jalur sungai.
Warga yang berada di kecamatan Waru dan Tanggulangin saat ini gelisah apakah kediaman dan lingkungannya akan kebanjiran seperti musim hujan tahun lalu. Mungkinkah sudah terjadi banjir lagi?
Anggota komisi D DPRD Sidoarjo, Anang Siswandoko, Rabu (13/11) mengkuatirkan banjir di 2 titik sungai. Satunya di kecamatan Waru, yakni sungai Buntung, mulai dari Tarik yang bermuara di Waru. Satu lagi sungai di Tanggulangin yang menimbulkan banjir di 8 desa, yaitu Desa Kedungbanteng, Banjarasri, dan Banjarpanji. Kini, lima desa di sebelahnya juga terimbas. Yakni, Desa Kalisampurno, Kedensari, Kalitengah, Gempolsari, dan Ketapang.
Pompa air yang sudah sudah dipasang di beberapa rumah pompa. Harus dikontrol semua, apakah masih berfungsi maksimal. Minyak pompa harus diganti batu, mesin seluruh pompa diperiksa. Jangan sampai ketika datang banjir, ada kerjakan mesin dan sebagainya.
Anang mendesak Dinas PUBM dan SDA Yang bertanggungjawab terhadap operasional pompa banjir untuk audit seluruh mesin menjelang musim hujan. ‘Kan lebih baik sedia payung sebelum hujan, ‘ ujarnya.
Pada musim tahun 2023 hingga awal 2024, desa Kedungbanteng ini sangat memilukan. Rumah, sekolah, masjid, fasum terendam air banjir. Padahal sudah ada rumah pompa. Keadaan Buzem menjadi kendala, kurang besar. Tapi untuk menambah volume Buzem juga perlu biaya besar.
Supiyan, warga Kalitengah, menyebut meskipun hujan deras malam hari, air semakin tinggi saat pagi. ”Ini tambah siang semakin naik, masuk ke rumah,” ujarnya. Dia dan warga pun berharap ada penanganan menyeluruh sehingga tidak sampai terjadi banjir lagi.
Sebagai contoh, banjir tahun 2023 telah merembet ke desa lain karena hujan deras sejak sore hingga malam. ”Curah hujan yang tinggi dan daya tampung sungai yang belum maksimal mengakibatkan meluapnya air dari sungai masuk permukiman dan jalan,” terang Sabino.
Anang Siswandoko yang dari fraksi Gerindra menuturkan, ada bantuan dua unit pompa dari Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS) di rumah pompa Kalitengah untuk memaksimalkan penyedotan air.
Selain di Tanggulangin, banjir mengancam dua desa di Kecamatan Porong, yakni Desa Pesawahan dan Candipari. Sudah ada pembuatan dua kisdam. Satu kisdam di anak afvour Pesawahan di dekat rumah pompa Desa Pesawahan dan pembangunan kisdam darurat di muara afvour Pesawahan Desa Kedensari.
Anang juga menyoroti kondisi sungai yang dipenuhi enceng gondok dan kotoran rumah tangga. Kotoran ini salah satu penyebab Banjir. Normalisasi seluruh sungai dan anak sungai di Waru dan Tanggulangin.
Anggota komisi C, Abud Asyrofi dari fraksi PKB, banjir di Sidoarjo sulit dibendung karena letak geografis daratan Sidoarjo di daerah hilir atau di bawah 2 sungai besar yakni sungai Brantas dan sungai Porong.
Kondisi yang tidak menguntungkan ini harus diimbangi dengan membangun dan dan rumah pompa sebanyak mungkin.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, melakukan normalisasi sungai di Desa Masangan dan Suko Kecamatan Sukodono. Kondisi sungai tersebut sangat memprihatinkan, selain penuh sampah juga banyak tumbuhan liar.
Sinergitas ini penting untuk mencegah banjir, namun yang terpenting masyarakat jangan buang sampah di sungai..
Ia melihat kondisi saluran sungai tersebut mengalami pendangkalan, oleh karenanya perlu dilakukan pengerukan. Ia mendatangkan alat berat milik Dinas PU SDA Pemprov Jatim yang dibantu Dinas PU Bina Marga dan SDA Sidoarjo. Truk sampah DLHK Sidoarjo juga didatangkannya.
normalisasi dilanjutkan di Sungai Pelayaran Desa Tawangsari Kecamatan Taman. Dalam waktu dekat ini normalisasi akan dilakukan sepanjang 15 kilometer. Ia juga akan libatkan seluruh instansi pemerintah untuk melakukan pembersihan sungai Pelayaran tersebut.
Kondisi banjir Tanggulangin disebabkan daya tampung sungai yang belum maksimal. Mengakibatkan meluapnya air dari sungai masuk permukiman dan jalan.
”biasanya arena sungainya overtopping atau kelebihan debit air, aliran belum maksimal,” ujar Wiryawan, warga setempat.
Hingga kini, lanjut dia, petugas terus melakukan penyedotan air. ”Di Desa Gempolsari, pompa desa juga difungsikan sejak kemarin (Rabu malam),” katanya.
Data di dinas PUBM dan SDA menyebutkan sebanyak 14 pompa dijalankan di titik banjir Tanggulangin dan Waru. Disiapkan pula satu pompa mobil milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas kapasitas sedot 500 liter per detik difungsikan di Kalitengah.
Pompa mobil cukup membantu karena mudah dipindahkan untuk menyedot di titik genangan yang tinggi.
Selain di Tanggulangin, banjir di kawasan selatan kabupaten Sidoarjo selain tanggangin yang perlu diwaspadai adalah desa di Kecamatan Porong, yakni Desa Pesawahan dan Candipari, juga tak kunjung surut. Terdapat dua kisdam. Satu kisdam di anak afvour Pesawahan di dekat rumah pompa Desa Pesawahan dan pembangunan kisdam darurat di muara afvour Pesawahan Desa Kedensari.
Ada tujuh titik sungai juga sudah dinormalisasi. Diharapkan saat musim hujan nanti saluran pembuangan lewat sungai yang dinormalisasi itu lancar sehingga air cepat mengalir ke hilir.
Pengalaman banjir 2023 lalu, air meluap dari sungai setempat. Hingga masuk ke rumah warga dan sekolah dengan ketinggian air 20 cm. Imbasnya, beberapa warga ada yang diungsikan ke lokasi yang lebih aman. Serta aktivitas kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Tanggulangin, SD Negeri Banjarasri dan SD Negeri Kedungbanteng dipindahkan ruangan lain yang lebih nyaman.
Tidak hanya kawasan pemukiman, aliran air di sungai Jalan Raya Kedungbanteng, Tanggulangin
Upaya yang mereka lakukan bersama adalah melakukan penyedotan genangan air di Jalan Raya Kedungbanteng, serta mengaktifkan rumah pompa yang ada di Kedungbanteng, Banjarpanji, Penatarsewu serta beberapa pompa portabel.
Kepala Dinas PUBM dan SDA Sidoarjo, Dwi Eko Saptono mengatakan beberapa kawasan yang rawan banjir sudah satu persatu tertangani. Seperti halnya pada wilayah Tanggulangin dan Waru.
“2023 lalu kami membangun juga 1 rumah pompa di Kecamatan Waru sisi timur tepatnya Tropodo dan Wadungasri. Alhamdulillah sampai saat ini sudah tidak ada pengaduan banjir di wilayah Tropodo,” katanya.
Dwi juga menambahkan upaya Dinas PUBMSDA selain membangun rumah pompa juga menggencarkan pembangunan jalan beton dan drainase untuk mengatasi banjir di wilayah Taman tepatnya di Desa Sidodadi dan Desa Bringinbendo.
“Kecamatan Taman menjadi prioritas kami dalam pembangunan drainase, karena saat kami cek ternyata penyebab kawasan tersebut banjir adalah karena tidak adanya drainase jalan,” ujar Dwi.
Ia menargetkan kinerja mengatasi banjir yang hanya 83 persen sudah tertangani 92 persen dalam mengatasi banjir di Kabupaten Sidoarjo. “Insyaallah, kami yakin 2025 Sidoarjo akan bebas banjir karena pekerjaan rumah kami sisa 8 persen dalam mengatasi banjir,” pungkasnya.
Untuk mengantisipasi banjir di Sidoarjo, beberapa langkah yang bisa disimpulkan::
- Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur Drainase: Memastikan saluran air, gorong-gorong, dan drainase berfungsi dengan baik dan tidak tersumbat.
- Normalisasi Sungai dan Kanal: Membersihkan dan memperdalam sungai serta kanal untuk memperlancar aliran air.
- Pembangunan Waduk dan Kolam Retensi: Membangun waduk atau kolam retensi untuk menampung air hujan sehingga tidak langsung mengalir ke permukiman.
- Sistem Peringatan Dini: Mengembangkan sistem peringatan dini banjir agar masyarakat bisa segera mengungsi jika terjadi kenaikan muka air.
- Reboisasi dan Penghijauan: Melakukan penanaman pohon di daerah hulu sungai dan area rawan banjir untuk meningkatkan penyerapan air.
- Edukasi Masyarakat: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, dan bagaimana cara bertindak saat banjir terjadi.
- Kolaborasi Antar Lembaga: Meningkatkan koordinasi antara pemerintah daerah, dinas terkait, dan masyarakat dalam penanganan dan pencegahan banjir.
- Pengembangan Sistem Pompa Air: Mengembangkan dan memelihara sistem pompa air di daerah rawan banjir untuk mengalirkan air secara cepat ke tempat yang lebih aman.
Dengan mengimplementasikan langkah-langkah tersebut, risiko banjir di Sidoarjo bisa diminimalisir, dan dampak negatifnya bisa dikurangi.(adv, hds)