Cakra – Jatim: Tiap tahun persoalan banjir Sidoarjo selalu terulang. Jalan yang rusak, tonase truk melebihi kelas jalan serta musim hujan menjadi sebuah mata rantai. Jalan rusak itu seolah jadi ranjau darat. kerusakan jalan sudah menjadi sebuah krisis.
Masyarakat dibuat kesal, mereka yang bekerja, berjualan dan para gojek/grab yang mengaspal di jalan menjadi korban dari krisis ini. Raya tropodo yang sudah lebar bahkan 2 tahun lalu di sisi barat jalan dipasang box culvert yang membuang genangan air menuju kali Cantel dan reformasi ternyata saluran itu tidak banyak membantu. Jalan yang tidak pernah banjir itu, kali ini dihajar banjir.
Tumben2nya ada genangan air setinggi setengah ban mobil. Fenomena baru dan kemungkinan terjadi rob air pasang laut di pesisir timur sidoarjo masuk ke daratan.
Pemkab Sidoarjo harus berani merubah paradigma dari aspal menjadi jalan beton atau Betonisasi. Simpul Betonisasi yang prioritas adalah raya wadungasri (selatan jembatan kali Buntung) sepanjang 100 meter. Jalan satu arah ini merupakan jalan penghubung sidoarjo – Surabaya ke arah Rungkut ataupun ke SIER yang teramat vital.
Berikutnya yang super penting adalah Ketajen, Gedangan. Jalan yang dipenuhi kawasan pergudangan dan pabrik ini menjadi luberan pekerja pabrik serta armada truk. Kerusakan Ketajen dan Betro sudah masiv. Hanya pengendara nekad yang berani melintas di sini. Dinas PU SDA harus meningkatkan harus jadikan Ketajen prioritas utama.
Setelah itu by pass Porong sebelah barat juga menjadi medan ranjau yang bisa saja tanpa gejala dapat membunuh korbannya. Jalan rusak lebih bahaya dari covid. Covid masih menunjukkan gejala penyakitnya. Tetapi musibah di jalan raya tanpa gejala. (hadi)