Sidoarjo, cakra Jatim (24/2): Empat desa di Tanggulangin ini, Penatar Sewu, Banjar asri, Banjar Panji, Kedung Banteng dulunya merupakan desa yang gemah ripah loh jinawi. Sawahnya subur, aman dari banjir. Tapi kini bencana sudah di depan mata. Permukaan tanah desa itu mengalami penurunan (Subsident).
Dalam 4 tahun terakhir terjadi efek penurunan permukaan tanah di kawasan 4 desa itu akibat lumpur Sidoarjo. Indikasinya banjir melanda desa di kecamatan Tanggulangin setiap musim hujan. Rusaknya areal persawahan yang sudah tidak produktif. Ditanami jenis apapun sudah tidak bisa. Dan tinggal menunggu bom waktu saja, perkiraan dalam waktu yang tak terlalu lama banjir akan sulit dikendalikan.
“Sawah saya di desa Banjar Asri sekarang menjadi hamparan tanah mangkrak karena sudah tidak bisa ditanami. Dulunya sawah saya panen 2 kali setiap tahun, ” Kata Choirul, warga Banjar Asri.
Akses jalan mulai dari pasar Ngaban, desa Putat, Kalidawir sampai Banjar Asri masih bisa dilewati karena pemkab terus melakukan peninggian badan jalan. Tetapi rumah-rumah dan persawahan yang berada di bawah jalan mengalami banjir yang tak berkesudahan.
Anggota komisi C DPRD Sidoarjo, Hamzah Purwandono, menjelaskan, semburan lumpur Lapindo membawa efek yang sangat dahsyat pada lingkungannya. Desa dekati bukit Lapindo merasakan penurunan permukiman tanah. Diuruk untuk peninggian tidak membantu banyak. Hanya membantu sementara, setelah sekian lama akan ambles lagi. Dan kalau permukaan tanah turun efeknya menimbulkan banjir.
Pompa air dengan debit sebesar apapun tidak banyak membantu bila terjadi subcident (penurunan tanah). Para Kades di 4 desa harusnya rembugan dengan pemerintah untuk mencari solusi atas derita masyarakat Tanggulangin.
Apakah dengan bedol deso, membangun embung (semacam danau buatan) untuk menampung air di kala hujan lebat ataukah dengan tetap mengekplore gas alam. Semua pilihan sama sulitnya. Tapi penguasa desa dan pemerintah jangan skeptis.
Karena korban atas bencana ini adalah masyarakat tanggulangin. Akses terputus bila banjir, rumah2 tidak laku di jual, sawah tidak bisa dipanen karena rusaknya tanah, air bawah tanah rusak akibat kandungan gas.
Anggota komisi D DPRD Sidoarjo, Aditya Nindiatman, menyatakan miris dengan efek penurunan tanah di 4 desa ini. “Kita ini tinggal menunggu waktu saja amblesnya desa-desa ini, ” Ujarnya.
Ia melihat unsur penyebab penurunan yang utama adalah lumpur Sidoarjo Yang masih terus mengeluarkan semburan. Eksploitasi air bawah tanah oleh warga dan masih adanya ekplorasi gas dan minyak di beberapa titik. Subsident (penurunan tanah) ini dampaknya meluas pada banjir.
Yang sudah merasakan dampak subsident adalah desa kedung Banteng dan Banjar Asri. Diuruk setinggi apapun akan turun permukaan tanahnya, pergerakan tanah di sana jangan dianggap ringan karena bisa meluas ke desa lain.
Ia menegaskan, Fraksi PKS DPRD kabupaten Sidoarjo Meminta kepada pemerintah pusat untuk menunda atau menghentikan rencana pengeboran Sumur baru di desa Kedung banteng.
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, terjadi banjir berhari hari di lingkungan warga dalam beberapa tahun terakhir ini. Terjadi penurunan tanah yang terjadi dengan cepat dalam waktu beberapa tahun terakhir.
Belum ada kajian secara komprehensif yang dilakukan oleh pemerintah mengenai analisa dampak lingkungan ketika pengeboran gas ini dilakukan.
Pendapatan daerah kab Sidoarjo tentunya bertambah ketika Dana bagi hasil migas dilakukan share oleh pemerintah pusat. Namun yang harus menjadi pertimbangan adalah mengenai dampak lingkungan serta apa yang terjadi di masa depan secara jangka panjang terutama utk masyarkat desa Kedung banteng dan Banjarasri.
Sudah banyak laporan warga bahwa terjadi kondisi yang belum pernah dialami warga selama ini.
Informasi yang diterima, banjir sudah masuk ke desa Kalidawir, Tanggulangin. Dan desa ini sudah dekat dengan Pasar Ngaban di jalan milik nasional. Harus ada penanganan cepat dan komprehensif.
kepala desa Budi Kedung banteng, meminta sepatu boot untuk siswa maupun guru dalam pembelajaran belangsung di SMPN 2 Tanggulangin dan SDN Kedung banteng dalam prioritas.
Kepala dinas PUBMSDA Dwi eko menegaskan,” pemerintahan dalam penanggulangan banjir jangka panjangnya segera akan di bangun rumah pompa didesa kedung peluk dengan kapasitas lebih di tingkatkan.”
dalam kesempatan evaluasi dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Sidoarjo anggaran sudah diturunkan yang segera akan direalisasikan dalam pengadaan sepatu boots dalam penanggulangan banjir,” Ujarnya.(adv, di)