Sidoarjo – cakrajatim.com:
Di antara berbagai sektor yang akan terdampak El Nino, bidang pertanian dan ketahanan pangan lah yang paling rawan dan rentan. Gangguan sekecil apapun pada stabilitas pangan nasional, akan memicu beragam masalah ke bidang lainnya.
Contoh kecukupan beras, bila panen menyusut akan berakibat stok nasional terguncang. Harga beras akan bergolak. Pemerintah terpaksa impor beras lebih banyak, yang menggerus APBN. Impor komoditas pangan yang lainnya pun berpotensi melonjak, kecuali impor garam yang diuntungkan karena panas terik berkepanjangan.
Jawa Timur sendiri sebagai penyangga utama produksi pertanian nasional, mempercepat tanam padi. Ini mengingat sampai akhir Juni 2023 lalu masih ada sisa-sisa hujan (tergolong kemarau basah). Di musim kemarau Agustus hingga September, diharapkan padi sudah setengah jadi. Sebagian lahan padi akan bertahan. Tetapi di areal sawah tadah hujan yang minus irigasi, bisa terancam panen minimal atau bahkan gagal panen.
Areal sawah di sepanjang Kali Brantas, Kabupaten Blitar hingga Madiun dan Mojokerto, aman dari kekeringan. Berdeda dengan Kali Bengawan Solo yang mengalir di Kabupaten Bojonegoro hingga Ujung Pangkah, lebih rawan kekeringan. Ini disebabkan tata kelola Kali Brantas masih lebih baik dibandingkan Bengawan Solo di saat puncak kemarau. Brantas tetap melimpah airnya, Bengawan Solo surut sangat dalam.
Percepat Tanam Padi
Percepatan tanam padi ini merupakan perintah Presiden dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kepada Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Gerakan ini diawali di enam daerah penghasil beras terbanyak di Jatim yaitu Jember, Ngawi, Nganjuk, Bojonegoro, Tuban, dan Sumenep. Ancaman kemarau basah adalah merebaknya hama tanaman, terutama wereng dan tikus.
Disiapkan pula pengelolaan pasca panen berikut distribusi hasil pertanian, berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta gugus tugas. Hasil pertanian disegerakan terjual dan tidak memberatkan petani, dari segi penyimpanan maupun jaminan harga jualnya.
Dikutip dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan, dinyatakan “Gerakan Percepatan Tanam” dimulai April-September dilaksanakan di 8 wilayah andalan, 9 wilayah utama dan 16 wilayah pengembangan. Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan bantuan benih, alat mesin pertanian, asuransi pertanian dan pendampingan agar percepatan tanam sukses dan memberikan hasil yang tinggi.
Pada musim tanam ini ditargetkan tanam seluas 5,6 juta hektar, sehingga Juli sampai Desember diharapkan tersedia 12,5 – 15 juta ton beras. Luas panen Januari hingga Juni lalu 5,83 juta hektar dengan produksi 29,31 juta ton gabah kering giling. Jatim memiliki luas panen pada semester I seluas 1,12 juta hektare. Produksi padinya mencapai 6,18 jutaton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 4 juta ton beras. Konsumsi Jatim sendiri mencapai 2,13 juta ton beras, sehingga terdapat surplus 1.9 ton beras lebih.
Atasi Penyakit
Soal penyakit dan hama, perubahan kondisi cuaca dapat menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi beberapa penyakit dan hama, yang dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen. Sedangkan suhu tinggi dan kekurangan air, menyebabkan buah-buahan dan sayuran tumbuh tidak ideal. Ukurannya akan mengecil, rasa kurang enak, dan kualitas yang buruk.
Jika panen berkurang atau gagal, pasokan terguncang menyebabkan kenaikan harga dan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan. Petani, pedagang, dan konsumen akan terdampak.
Untuk mengurangi dampak El Nino, penting bagi petani dan pemangku kepentingan memantau perkembangan cuaca. Petani perlu mengatur jadwal penanaman, irigasi, dan pemeliharaan tanaman. Konservasi air sangat penting. Petani perlu mengadopsi teknik irigasi yang efisien, seperti tetes air atau irigasi berkebun yang tepat sasaran, untuk menghemat air. Lakukan pengumpulan air hujan atau gunakan sumber air alternatif.
Pertanian yang lebih beragam juga dapat membantu mengurangi risiko gangguan iklim. Pilihlah varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi kering atau panas. Langkah pengendalian yang tepat, seperti penggunaan pestisida yang efektif dan penerapan praktik pertanian yang baik, dapat membantu mengurangi kerugian.
Pemanfaatan teknologi pertanian dan informasi cuaca juga penting. Misalnya penggunaan sensor tanah untuk mengukur kelembaban tanah, penggunaan aplikasi cuaca untuk memantau perubahan cuaca (dya)