Sidoarjo, Cakrajatim.com
Kekeringan panjang di Nusantara juga telah mengandaskan cadangan air berbagai waduk besar di Jawa, antara lain waduk Karangkates (Ir Sutami) di Malang, Gajah Mungkur di Wonogiri, Jatiluhur di Karawang, Jatigede di Sumedang.
Gajah Mungkur mungkin yang terparah. Waduk seluas 9700 hektare yang menenggelamkan 65 desa di 4 kecamatan dan diresmikan Presiden Soeharto November 1981 itu, nyaris kering kerontang. Bekas jalan poros antara Pracimantoro dan Wuryantoro, jembatan, bekas bangunan, dan kuburan bermunculan menampakkan diri. Sudah lebih tiga bulan ini kawasan Kab. Wonogiri nihil guyuran hujan. Waduk ini berada di hulu Bengawan Solo dan berfungsi mengendalikan sungai terpanjang di Jawa itu
Waduk Sutami meski tak sampai kerontang, toh muka airnya turun drastis membahayakan pasokan ke pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Kapasitas produksi listrik waduk Ir. Sutami saat ini tercatat mencapai 105 MW. Waduk ini berada di hulu Sungai Brantas, urat nadi kemakmuran Jawa Timur.
Melihat ini Pemprov Jawa Timur mulai terapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), di daerah aliran Sungai Brantas Hulu untuk pengisian waduk Ir Sutami. Kegiatan modifikasi cuaca ini juga dilakukan tahun 2019 lalu. Sebelumnya pernah dilaksanakan tahun 1998, 2007, 2012, dan 2013. Operasi ini mengerahkan pesawat CASA 212-200 milik BPPT yang pengoperasiannya didukung Skuadron 4 TNI AU Abdulrachman Saleh Malang.
Diharapkan bila curah hujan mulai turun dan semakin meningkat pada bulan November nanti, maka permukaan air waduk bertambah dan mempercepat kapasitas Waduk Ir. Sutami kembali normal,” ujarnya. DAS Brantas Hulu merupakan salah satu DAS di Jawa Timur dengan luas mencapai 3.761 km2. Wilayah aliran sungai Brantas Hulu dikelilingi oleh pegunungan, di Barat Gunung Arjuno dan Gunung Kawi, di sisi Timur dibatasi oleh Gunung Semeru dan Gunung Bromo.
Memanen Hujan
Pakar manajemen air UGM, Dr.Ing. Ir. Agus Maryono, mengatakan bencana kekeringan dan banjir yang terjadi silih berganti disebabkan belum adanya kesatuan berpikir untuk menyelesaikan masalah secara sistemik dan holistik. Musim kemarau dan musim penghujan adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Saat musim hujan kita perlu mengelola air hujan untuk musim kemarau, begitu sebaliknya. Itu suatu siklus yang tidak terputus.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mengantisipasi kekeringan adalah menerapkan metode pemanenan air hujan. Ini dapat dilakukan dengan metode dan peralatan yang sederhana baik untuk skala rumah tangga, industri, maupun untuk perkampungan atau lahan pertanian.
“Di Australia sekitar 40 persen rumah di perkotaan sudah memiliki tampungan air hujan, di pedesaan jumlahnya sekitar 60 persen. Di Indonesia masih nol koma sekian persen, padahal potensinya besar sekali,” kata Agus.
Kualitas air hujan pun menurutnya cukup baik sehingga aman untuk dikonsumsi. Karena itu, air hujan menurutnya adalah masa depan dari sumber daya air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan hidup manusia.
Agus terlibat aktif dalam Gerakan Memanen Hujan Indonesia (GMHI), berdiri sejak 2015 silam. Teknologi pemanen hujan yang ia kembangkan, Gama Rain Filter, telah diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia dengan hasil yang cukup baik. Di Gunungkidul ada banyak sungai di bawah tanah yang pada musim kemarau pun masih menyimpan banyak air. Dengan pompa air bisa diambil sehingga masyarakat tidak kekurangan air,”
Kabupaten Puncak
Dikutip dari laman Kemenko PMK, perhatian serius diberikan pada kekeringan dan kelaparan yang terjadi di Distrik Agandugume, Lambewi, dan Oneri, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Presiden memerintahkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Kepala BNPB, dan Mensos untuk menangani masalah ini secepatnya. Menko PMK Muhadjir Effendy langsung bergerak cepat menuju Papua. Solusi alternatifnya dibangun lumbung pangan di Distrik Agandugume di dekat bandara, untuk persediaan makanan penduduk selama musim kemarau.
Menko PMK menyerahkan bantuan Dana Siap Pakai (DSP) berupa dukungan logistik, peralatan untuk penanganan darurat bencana kelaparan di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, yaitu Distrik Agandugume, Lambewi, Oneri. Bantuan itu berupa beras 50 ton, makanan siap saji 10.000 paket, rendang kemasan 3.000 paket, susu protein 3.000 paket, selimut 10.000 pcs, matras 2.000 pcs, kasur lipat 2.000 pcs, tenda pengungsi 4 unit, genset 20 unit, dan motor trail 3 unit.
(Putry Dya)