Sidoarjo – Cakrajatim: Grosir Sayur pasar Porong bakal menjadi pusat transaksi jual beli sayur terbesar di Jatim. Siapa sangka pembangunan grosir sayur itu dilahirkan melalui swadaya pedagang senilai Rp 6 miliar.
Swadaya itu berawal dari kepemimpinan yang akuntabel dan amanah. Sepanjang sejarah di kabupaten Sidoarjo, baru kali ini terjadi fenomena seperti ini. Pedagang sayur urunan dengan anggaran super fantastis untuk membangun tempat usaha di lahan milik daerah.
Dengan pola ini kedua belah merasa diuntungkan. Pedagang merasa tenang karena lokasi grosir berdekatan dengan terminal bongkar muat. Akses kemanapun gampang. Kondisi seperti ini yang dibutuhkan pedagang dan konsumen.
Menurut ketua komisi B DPRD Sidoarjo, Bambang Pujianto dengan cara ini daerah tidak kehilangan aset yang tadi dipergunakan untuk tempat grosir. Malah nilai aset meningkat, dari tanah kosong jadi tempat grosir. Sementara pedagang juga diuntungkan karena leluasa berjualan di tempat yang layak.
Pola swadaya ini lahir dari kepercayaan pedagang kepada Pemkab Sidoarjo. Kader Partai Gerindra ini meminta agar admistrasi perjanjian kerjasama harus dijaga betul tentang apa hak dan kewajiban pedagang dan Pemkab.
Semua harus tercatat dengan cermat agar tidak timbul masalah di kemudian hari. Bagaimana penempatan pedagang dan siapa saja yang boleh berjualan di situ. Komitmennya kedua pihak harus sama diuntungkan, dan mekanisme penempatan harus sesuai dengan aturan daerah.
Wakil rakyat dari Porong, Hamzah Purwandoyo menyatakan pasar Porong tidak kalah dengan pasar keputran Surabaya. Pedagang eceran dari Sidoarjo yang dulu langganan di Keputran, sekarang sudah pindah kulak di pasar Porong. Pasar Porong nilai transaksi setiap harinya bisa mencapai ratusan juta.
Jangan remehkan pasar Porong, pasar menerima sayur hasil petani dari Bromo, Batu, pacet, Trawas. Dengan mudahnya akses jalan, petani daerah merasakan keuntungan. Pasar Porong bukan hanya jadi grosir sayur, bahkan buah sehat impor dan lokal juga ikut membanjiri pasar ini.
Grosir Sayur Porong menjadi output sinergitas langka yang dialami pemerintah dengan rakyatnya. Bayangkan pedagang Sidoarjo menjadi smart goverment. Ini bukan soal membangun fasilitas pedagang tapi Pemerintah tanggap terhadap kepentingan dan kebutuhan rakyatnya.
Moncer
Dalam 2 tahun terakhir ini Sidoarjo berlari kencang membangun infrastruktur. Membuka akses perdagangan dan mendorong rakyat berpartisipasi membangun lingkungannya.
Bupati Sidoarjo, Gus Muhdlor Ali, masa depan Sidoarjo akan menjadi sandaran daerah-daerah lain. Seperti jalan tol yang membelah Sidoarjo yang menjadi urat nadi transportasi trans Jawa.
Tingkat kepadatan tol Surabaya – Sidoarjo mencapai 7%. Itu artinya volume lalin tol Surabaya – Sidoarjo mendekati tol Jakarta – Cikampek. Pengelola tol sudah merencanakan membangun akses tol baru mulai dari Tol Candi – Krian.
Belum diketahui kapan tol baru ini dibangun tapi sudah ada planning PT Jasa Marga. Dengan tol Candi-krian ini maka Lalin tol dari arah Malang yang akan menuju barat tidak perlu lagi melewati tol Sidoarjo-Waru. Dengan demikian arus tol Sidoarjo-waru akan berkurang.
Rencana besar lain yang tak kalah dahayatnya adalah membangun underpass perempatan Gedangan. Perpres 18/2018 sebenarnya sudah mengamanatkan program revitalisasi perempatan Gedangan dengan konsep jalan layang.
Namun konsep ini penuh dengan resiko yang salah satunya biaya pengadaan lahan dan kemacetan tingkat dewa. Bahkan orang bisa ‘tua’ di jalan raya.
Sebagai solusi dibangun underpass yaitu jalan bawah tanah. Tentu saja rencana besar ini harus didukung teknologi yang mutakhir. Perlu diketahui, di perempatan Gedangan terdapat anak sungai Brantas. Tidak mungkin sungai itu dimatikan atau jalurnya dipindah. Jadi yang paling mungkin underpass itu terletak di bawah sungai… Wouuuuuww (hds)