Sidoarjo – cakrajatim.com:
Keberadaan ‘kota bandeng’ ini sekarang sudah menjadi magnet pertumbuhan ‘megapolitan baru’ Surabaya Raya yang mencakup Gerbangkertosusila (Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Lamongan). Sidoarjo sebagai salah satu penyangga berpenduduk 2.266.533 jiwa berperan sebagai daerah industri dan perdagangan.
Wilayah lain yang juga dikembangkan adalah Tuban, Bojonegoro, dan Jombang, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru (BTS), kawasan Selingkar Wilis dan lintas selatan, dan kawasan Madura dan kepulauan.
Luas wilayah Gerbangkertosusila 5.925,843 km2 (592.584 ha) dengan total jumlah penduduk 9.115.485 jiwa. Seluruhnya memiliki perairan/ berada di wilayah pesisir. Di samping potensinya yang begitu besar, Gerbangkertosusila ditandai isyu banyaknya reklamasi untuk kepentingan pelabuhan dan industry; tingginya alih fungsi lahan dan menyempitnya area penangkapan ikan nelayan tradisional akibat pemanfaatan alur laut pelayaran. Penyempitan alur laut juga terjadi akibat sedimentasi pelabuhan baru di Teluk Lamong, Gresik, dan Socah di Bangkalan.
Perairan Gerbangkertosusila yang berada di kawasan Selat Madura memiliki potensi pengembangan kelautan dan perikanan yang besar. Penataan ruang laut itu diperlukan guna mengoptimalkan potensi pengembangan perairan Kawasan Gerbangkertosusila. Selain itu, Rencana tata ruang laut/zonasi ini diperlukan untuk memberikan kepastian hukum dan meminimalisir konflik pemanfaatan ruang laut.
Zonasi kawasan Laut dirancang untuk menghasilkan rencana zonasi kawasan strategis nasional; rencana zonasi kawasan strategis nasional tertentu, dan rencana zonasi kawasan antarwilayah.
Kawasan Gerbangkertosusila yang merupakan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Antar Wilayah menjadi kewenangan Pemerintah Pusat (Berdasarkan PP No 13 Tahun 2017 ) Kawasan ini telah didukung infrastruktur yang lengkap, mulai dari jaringan jalan dan kereta api nasional, pelabuhan dan bandar udara bertaraf internasional. Kawasan lautnya merupakan salah satu alur pelayaran terpadat di Indonesia.
Itu sebabnya Gerbangkertosusila memegang peranan penting sebagai pusat kegiatan ekonomi bagi wilayah Indonesia Bagian Timur, menjadi pusat pertumbuhan global yang berkelanjutan melalui penciptaan logistik dan ekonomi dunia, serta area metropolitan yang cerdas dan hijau (smart and green metropolitan area)
Plus 8 Kabupaten
Wilayah ini kelak akan berkembang menjadi ‘’Gerbangkertosusila Plus’’ terdiri atas delapan Kabupaten, yaitu Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan, Jombang, Tuban dan Bojonegoro serta 2 (dua) Kota, yaitu Kota Surabaya dan Kota Mojokerto. Wilayah Plus ini luasnya 10.845,73 km2 atau 22,69 % dari luas Jawa Timur dengan jumlah penduduk 14,002 juta jiwa lebih atau 33,81 % dari penduduk Jawa Timur.
Kawasan prioritas ini didukung penuh pendanaannya oleh pemerintah pusat, selain dana dari pemerintah provinsi, kabupaten/ kota dan badan usaha. Selain Gerbangkertosusilo akan dikembangkan pula lingkar Wilis dan Jalur Lintas Selatan. Berikutnya kawasan BTS, Bromo Tengger Semeru berkoordinasi dengan empat kabupaten penyangga, (Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Malang, dan Lumajang).
Kawasan BTS difokuskan pada pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata, serta penyambungan akses jalan di selatan Jawa Timur untuk memeratakan perekonomian.
Sejalan dengan itu terdapat Perpres Nomor 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan di Jawa Timur.
Di dalamnya terdapat beberapa projek/program infrastruktur transportasi publik berbasis rel. Didukung Bappenas disusunlah Sustainable Urban Mobility Plan / Perencanaan Mobilitas Perkotaan Berkelanjutan (SUMP) di Wilayah Gerbangkertosusila, bekerjasama dengan Pemerintah Jerman.
Untuk memadukan berbagai rencana penyediaan transportasi publik di Wilayah Gerbangkertosusila di antaranya akan dibangun Surabaya Regional Railway Line (SRRL), Autonomous Rail Rapid Transit (ART), Mass Rapid Transit (MRT), Bus Rapid Transit (BRT), dan ‘’Trans Jatim’’ untuk mendukung konektivitas antarwilayah. Selain integrasi transportasi publik, juga diperlukan integrasi dan sinkronisasi perencanaan & fiskal, simpul, jaringan infrastruktur serta sinkronisasi antarsektor.
Saat ini Sidoarjo sudah memulai menyediakan bus-bus umum berikut halte baru yang nyaman. Jaringan bus terkoneksi dengan KRD (kereta komuter) yang menghubungkan Sidoarjo-Surabaya. Diharapkan pengguna mobil/motor pribadi yang selama ini memadati jalanan, berpindah ke angkutan rel yang bebas macet dan murah.
Investasi Meningkat
Transportasi kini menjadi salah satu pendukung mobilitas warga dan penggerak ekonomi Sidoarjo. Di bidang investasi misalnya, berbagai upaya dilakukan Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali. Tingginya investasi menunjukkan Sidoarjo cukup seksi di mata investor nasional maupun global. Kata Bupati Muhdlor, realisasi investasi di Kabupaten Sidoarjo Triwulan II tahun 2023 mencapai Rp 5,6 triliun atau 78,8 persen dari target investasi tahun 2023 yaitu Rp 7,179 triliun. Bupati optimistis investasi akan tercapai target atau bahkan melebihi.
Investasi terbesar berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 4,8 triliun (85 persen) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 838 miliar (15 persen). Penyumbang terbanyak investasi ini adalah sektor industri kimia dan farmasi yaitu Rp 1,177 triliun atau 20,8 persen. Kedua adalah sektor industri karet dan plastik dengan Rp 867 miliar, ketiga dari sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran menyumbang Rp 624 miliar.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sidoarjo, Rudi Setiawan mengatakan pertumbuhan iklim investasi di Sidoarjo yang on the track (sesuai jalur) atau bahkan over (melebihi) tersebut dampak dari beberapa inovasi kemudahan dalam perizinan serta penanaman modal.
Salah satu faktor pendorongnya adalah tata kelola yang baik, berkat inovasi kemudahan perizinan serta penanaman modal. Inovasi itu fokus pada empat kegiatan. Pertama, layanan prime bagi calon investor. Kedua layanan jemput bola dengan memudahkan perizinan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) agar bisa mencetak 100 ribu lapangan kerja baru.
Inovasi ketiga membuat peta potensi dan kajian peluang investasi, bekerjasama dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Inovasi ke empat, pengawasan agar para pelaku usaha menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal (LKPM) tepat waktu.
Capaian investasi Sidoarjo ini berkontribusi terhadap realisasi investasi PMA dan PMDN Jawa Timur pada kuartal I 2023 yang mencapai Rp 30 triliun. Angka ini meningkat 27,1 persen (YoY). Investasi tersebut terdiri dari penanaman modal asing (PMA) yang mencapai Rp 14,5 triliun, tumbuh 76,8 persen (YoY). Sedangkan dalam negeri (PMDN) pada kuartal I 2023 tercatat Rp 15,5 triliun, sedikit meningkat dibandingkan kuartal I 2022 di angka Rp 15,4 triliun.
Penyumbang tertinggi investasi Jatim adalah sektor pertambangan yang mencapai 16,5 persen; disusul sektor industri logam dasar, barang logam bukan mesin dan peralatannya 13,8 persen; sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi 11,1 persen; sektor industri kimia dan farmasi 10,5 persen; serta sektor perumahan, kawasan, industri, dan perkantoran 9,4 persen.
Daerah penyumbang investasi terbesar adalah Kabupaten Gresik dengan kontribusi 36 persen. Kemudian disusul Kota Surabaya 20,5 persen, Kabupaten Sidoarjo 10,1 persen, Kabupaten Pasuruan 8,4 persen, dan Kabupaten Tuban 4,4 persen. Realisasi PMA masih didominasi investasi dari Amerika Serikat sebesar 37,8 persen, disusul Jepang 24,0 persen, Singapura 8,3 persen, Hongkong dan RRC 6,5 persen, serta Belanda 6,3 persen.
Meski kontribusi investasi Sidoarjo masih di bawah Gresik dan Surabaya, namun dengan inovasi-inovasi baru yang produktif, dan dimotori pemimpin yang visioner, Sidoarjo akan mampu merebut daerah paling berkembang. Tak berhenti sebagai ‘macan’ Gerbangkertosusila, melainkan juga macan nasional. (Dya, hd)