Kamis kemarin jam 9 malam saya mencoba menengok pekerjaan frontage dari keramaian Lalin Jl A.Yani. aktifitas proyek itu mudah terlihat dari jalan raya. Dangan cahaya lampu seadanya pekerja PT Gorip terlihat melakukan kegiatan pemadatan lahan di timur monumen Pahlawan, Gedangan.
Gorip bekerja frontal siang malam 24 jam, 7 hari seminggu. Bila tidak ada kendala pembebasan lahan, saya yakin Gorip dapat menyelesaikan frontage sepanjang 1,6 km tersebut. Gorip yang pengalaman di bidang pembetonan jalan pasti sudah menghitung cermat bagaimana bisa menyelesaikan frontage dalam 156 hari kerja tersebut, tentu saja bila tidak ada halangan.
Rupa2nya Gorip tidak memperhitungkan faktor non-teknis yakni belum rampungnya pembebasan lahan di desa Gedangan. Pekerjaan ini tersendat di kawasan perkampungan desa Gedangan, dimana ada sekitar 60% rumah di perkampungan yang belum dibebaskan.
Pembebasan sebenarnya menjadi urusan urusan Pemkab dan BPN, bukan rekanan. Makanya penyedia jasa dalam hal ini Gorip hanya menahan nafas saja. Alat berat mereka tidak bisa digerakkan di lahan yang belum dibebaskan, padahal waktu yang tersedia untuk bekerja makin singkat.
Sanksi maha berat sudah menunggu Gorip bila sampai 31 desember tidak selesai. Sebenarnya bukan Gorip tidak mampu, tapi tanah yang akan dikerjakan masih dikuasai pemiliknya.
Ibaratnya makanan yang disajikan dinas PUPR Sidoarjo, belum matang sudah dihidangkan. Seharusnya pengadaan lahan dituntaskan sampai setuntas2nya baru dilelang.
Kalau sudah begini Gorip yang benjut, tapi sukur2lah bila frontage ini selesai akhir 2021. Tapi apa mungkin…..timeline progresnya masih 26%….