Kecamatan Prambon miskin Sarpras pendidikan. Bayangkan, hanya ada satu sekolah negeri yakni SMPN 1 Prambon. Tidak ada SMAN dan SMKN. Kecamatan ini seperti terisolir dari dunia pendidikan negeri.
Sungguh sangat ironi, Prambon yang tumbuh pesat dan menyanggah perekonomian Krian, dengan mulai berkembangnya perumahan, industri dan perdagangan Prambon yang cukup pesat ternyata daya dukung pendidikannya sangat minim.
Siswa didik yang berasal dari Prambon sulit masuk SMKN atau SMAN karena dengan sistem penerimaan siswa baru berbasis jarak rumah (zonasi) susah diterima di sekolah negeri. SMAN yang terdekat saja ada di Tarik dan Krian yang jaraknya lebih 10 km, kecuali mungkin anak pintar yang lolos melalui seleksi mandiri.
Dalam 10 tahun terakhir ini Pemkab Sidoarjo kurang peduli terhadap penambahan jumlah sekolah. Dan Kini penambahan itu semakin sulit dibangun pasca Pemprov Jatim mengambil alih pengelolaan SMAN/SMKN.
Pemkab Sidoarjo dulu, sekitar 8 tahun lalu merencanakan membangun SMAN Prambon. Feasibility sudah dibuat dan Prambon layak mendapatkan sarpras baru berupa SMAN 1 Prambon.
Tanah milik seorang kontraktor sudah dibidik untuk dibeli Pemkab. Harga beli tanah sudah disepakati, namun nuansa kolusi dalam proses pengadaan sangat kuat. Melibatkan banyak orang top Sidoarjo.
Pemilik tanah yang awalnya rela melepas tanahnya mencium gelagat tidak beres dan kuatir jual beli tanah berdampak hukum, serta merta dibatalkan. Dia tidak mau. Niat baiknya menjual tanah untuk sekolah berakibat hukum.
Dan anehnya setelah batal tidak ada proses lanjutan, setidaknya Pemkab bisa mencari lahan lain, toh dalam feasibility study menyebut ada beberapa titik lokasi yang bisa dijadikan lokasi keberadaan SMAN 1 Prambon. Ternyata program itu berhenti dengan alasan tidak jelas.
Itu artinya, Pemkab tidak serius dan tidak niat. kini kian jauh membangun setelah Pemrov Jatim mengambil alih SMAN/SMKN.