Cakra jatim. Com, Sidoarjo: KH. Muhayyin beberapa hari ini menjadi perbicangan di masyarakat setelah makamnya diziarahi KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurrahman bersama Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor.
Kedatangan Jenderal TNI AD Bintang Empat yang juga alumni santri Pondok Buntet Cirebon itu tidak hanya berziarah, Dudung juga mengizinkan Pemkab Sidoarjo merevitalisasi komplek Makam Ulama Sepuh Sono yang masih merupakan keturunan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat tersebut.
Pemkab Sidoarjo menjadikan komplek makam Ulama Sepuh Sono itu dijadikan wisata religi Sidoarjo. Disana akan bangun tempat parkir yang luas, pendopo makam, tempat wudhlu, gasebo dan toilet untuk para peziarah.
“Sebagai kota Santri, Sidoarjo memiliki banyak tokoh ulama sekaligus pejuang. Komplek makam ulama sepuh Sono ini salah satunya. Nantinya makam ini akan menjadi kawasan religi,” terang Gus Muhdlor, Sabtu (25/6).
Di komplek makam ini, KH. Muhayyin dimakamkan bersama istri dan dzurriyahnya (keturunannya). Nyai Hj. Ashfiyah (istri), KH. Abu Mansur (Putra), KH. Zarkasyi (Putra/Kakek Mbah Ud), KH. Said (Cucu/Ayah Mbah Ud), KH. Ma’sum Ali (Cicit) dan dzurriyah lainnya.
Lantas siapa sebenarnya KH. Muhayyin, ulama sekaligus pejuang yang sangat dihormati masyarakat Sidoarjo itu. Berikut ini penuturan KH. Ahmad Chusaini salah satu dzurriyah Mbah Muhayyin dari jalur KH. Abu Mansur.
Pondok Sono salah satu pondok tertua di Sidoarjo yang didirikan KH. Muhayyin. Diperkirakan berdirinya sekitar tahun 1750 an. Tidak jauh dari berdirinya Pondok Pesantren Al Hamdaniyyah (Pondok Panji) yang berada di Desa Siwalanpanji, Buduran Sidoarjo.
Cerita di masyarakat sekitar, kedua pondok tersebut memiliki hubungan kerabat. Pondok Panji sendiri yang mendirikan adalah KH. Hamdani.
Ulama zuhud dan wara’ begitu banyak orang mengenang Mbah Muhayyin. Nasabnya sambung sampai Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Cirebon.
- Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati,
- Pangeran Pasarean M. Tajul Arifin,
- Panembahan Sendang Kemuning,
- Pangeran Mas Panembahan Ratu II,
- Pangeran Sedang Gayam Mande Gayam,
- Pangeran Karim Cirebon V Girilaya,
- Syarifah Khodijah Ratu Ayu Bangil,
- Sayyid Sulaiman Betek Mojoagung,
- Sayyid Ali Akbar Dresmo Surabaya,
- Sayyid Iskandar Taman Bungkul Surabaya,
- Zakiatus Shalihah,
- Rubaiah Arjosari Japanan,
- Kyai Muhayyin Sono Buduran Sidoarjo.
Pondok Sono saat itu menjadi pondok rujukan untuk menimba ilmu agama. Bahkan banyak yang mengatakan, zaman dulu santri yang belum pernah mondok di Sono dikatakan belum lengkap ilmunya.
Tercatat ulama besar yang pernah menimba ilmu di Pondok Sono diantaranya, KH. Hasyim Ashari pendiri NU, KH. Manab pendiri Pondok Lirboyo, KH. Usmas Jazuli pendiri Pondok Ploso Kediri dan sebagian besar ulama di Jawa Timur pernah mondok di tempat ini.
Mbah Muhayyin merupakan buyut dari Waliyullah Mbah Ud yang makamnya berada di komplek pemakaman umum Desa Pagerwojo Buduran, Sidoarjo.
bah Ud sendiri keturunan ke 3 dari Mbah Muhayyin. Nasabnya KH. Ali Mas’ud bin KH. Said bin KH. Zarkasyi bin KH. Muhayyin,” jelas KH. Ahmad Chusaini keturunan KH. Abu Mansur ketiga. (al)