Sidoarjo-cakrajatim: pengekspor beras terkemuka dunia, yang melarang ekspor beras putih non-basmati pada 20 Juli. Negara ini menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras global. FAO mencatat pembatasan ekspor India meningkatkan masalah ketahanan pangan yang substansial untuk sebagian besar populasi dunia.
Menurut Direktur Regional Asia di International Potato Center, penimbunan beras memperburuk keadaan. Harga bisa jauh lebih tinggi jika negara pengimpor mencoba menimbun beras untuk ketahanan pangan dalam negeri. Beras adalah makanan pokok bagi lebih dari 3 miliar orang dengan hampir 90% dari tanaman intensif air diproduksi di Asia.
Setidaknya tiga negara di Asia Tenggara akan sangat terpengaruh, yakni Malaysia, Singapura dan Filipina. Malaysia paling rentan karena sangat bergantung pasokan beras India. Mengutip data Observatory for Economic Complexity (OEC), impor beras Malaysia mencapai US$ 207 juta pada tahun 2021, atau senilai Rp 3,1 triliun. Singapura juga terdampak, karena India mengisi 30% beras negara kota tersebut. Pemerintah Singapura meminta pengecualian atas larangan ekspor beras non basmati.
Filipina pun rentan, sehingga berupaya mencari pasokan beras baru. Filipina, salah satu importir beras terbesar di dunia, biasanya membeli beras pokok terutama dari tetangganya Vietnam.
Vietnam Juga Bertahan
Aturan yang diberlakukan India direspons Vietnam, yang ingin memastikan kecukupan pasokan beras dalam negeri guna menjaga ketahanan pangan. Reuters memuat bagaimana Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam mengirimkan dokumen khusus ke Asosiasi Pangan Vietnam.
Asosiasi minta anggotanya secara ketat menjaga cadangan beras, setara dengan setidaknya 5% dari volume ekspor mereka. Pedagang beras juga diminta menyeimbangkan antara ekspor dan penjualan domestik untuk menstabilkan harga domestik. Vietnam akan memangkas ekspor beras menjadi 4 juta ton per tahun pada tahun 2030. Vietnam adalah pengekspor beras terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Thailand. Tahun lalu, Vietnam mengekspor 7,1 juta ton beras.
Dengan kebijakan tersebut, Vietnam akan kehilangan pendapatan besar dari ekspor beras. Diprediksi pendapatan yang mereka terima dari ekspor beras hanya US$ 2,62 miliar per tahun pada tahun 2030, turun dari US$ 3,45 miliar di 2022.
Selain pemangkasan, Vietnam juga akan mendiversifikasi pasar ekspor berasnya untuk mengurangi ketergantungan negara mana pun. Filipina telah lama menjadi pembeli beras terbesar di Vietnam.
Persediaan Cukup
Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh mengatakan kepada Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr pada KTT ASEAN di Indonesia beberapa waktu lalu bahwa pihaknya bersedia memasok beras ke Manila untuk jangka panjang dengan harga yang wajar. Pada tahun 2025, 60% ekspor beras Vietnam akan dikirim ke pasar Asia, 22% ke Afrika, 7% ke Amerika Serikat, 4% ke Timur Tengah dan 3% ke Eropa. Vietnam akan fokus pada produksi beras berkualitas tinggi, beras wangi, dan beras ketan.
Berdasar data BPS Vietnam adalah langganan pemasok beras Indonesia, selain Thailand. Pada Januari 2023, impor beras RI yang berasal dari Vietnam sebanyak 78,79 juta kg atau naik 31.418,9% secara yoy, sedangkan secara mtm kenaikannya 110,17%.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjamin tidak ada masalah bila Vietnam mau mengurangi ekspor, apalagi kalau hal itu dilakukan sekarang. Menurutnya sejauh ini produksi beras di Indonesia sudah mencukupi. Indonesia punya cukup banyak beras.
Ada berbagai data yang dipakai Kementerian Pertanian untuk meningkatkan akurasi pengambilan keputusan. Mulai dari data BPS, data standing crop dari satelit, dan laporan manual dari daerah. Semua data itu menunjukkan hal yang sangat positif, kata Mentan. (Putry Dya)