Sidoarjo Cakrajatim.com
Dalam mengembangkan dirinya, ASEAN juga mengincar kerjasama inklusif Negara tetangga yang sudah maju, khususnya Jepang, Taiwan, Korea Selatan. Kolaborasi erat segera dibangun dengan
Jepang, terlebih kedua belah pihak telah menjalin kemitraan selama 50 tahun.
Hal ini pernah disampaikan Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pertemuan ASEAN-Jepang Business Week di Tokyo, awal Juni lalu. Sementara itu Taiwan dan Korea Selatan dengan tingkat kemakmuran yag lebih tinggi, unggul di bidang teknologi digital, semikonduktor dan industri chips, termasuk wisata dan budaya popular anak muda (K-Pop).
Kerjasama ini meliputi bidang transformasi digital, pembangunan berkelanjutan, maupun perpaduan antara keduanya. Masyarakat Ekonomi ASEAN sendiri telah mengusulkan tiga Pendorong Strategis dalam memperjuangkan 16 Capaian Ekonomi Prioritas. Pendorong strategis yang pertama adalah pemulihan dan pembangunan kembali. Kontribusi sektor swasta akan sangat penting, karena ketahanannya dan mampu beradaptasi terhadap krisis. RI siap menjadi komunitas digital terkemuka.
Menuju masa depan yang lebih hijau, ASEAN berkomitmen untuk menjadi pemain industri utama dalam ekosistem kendaraan listrik. Jepang dan Indonesia telah meluncurkan Komunitas Emisi Nol Asia atau Asia Zero Emission Community (AZEC) pada KTT G20 di Bali, beberapa waktu lalu.
Menperin mengapresiasi dukungan Jepang kepada Indonesia untuk mengimplementasikan program transisi energi dan mendorong upaya kolaborasi lebih lanjut bagi publik dan swasta dalam prakarsa dekarbonisasi. Antara Indonesia, ASEAN, dan Jepang telah membangun berbagai platform kemitraan, seperti Kemitraan Ekonomi Indonesia–Jepang (IJEPA), Kemitraan Ekonomi Komprehensif ASEAN–Jepang (AJCEP), Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), dan Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang sedang berlangsung perundingannya. Indonesia mengundang Jepang untuk ikut berpartisipasi pada Forum ASEAN–Indo-Pasifik (AIPF) di sela-sela KTT ASEAN ke-43 ini.
Episentrum Pertumbuhan
Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap relevan, mampu menghadapi tantangan di masa depan, menjadi motor stabilitas, dan perdamaian kawasan. Ini merupakan visi besar ASEAN 2045 dikaitkan bersama isu yang akan dibahas dalam KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo.
Pilar kedua adalah Epicentrum of Growth, yakni memperkuat kerja sama yang konkret dan membumikan berbagai kerja sama, sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Bentuknya penguatan arsitektur dan pendanaan darurat kesehatan, penguatan ketahanan pangan kawasan, penguatan stabilitas keuangan, kawasan, serta digitalisasi ekonomi dan sektor pariwisata.
Kemudian dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pacific yang merupakan pilar ketiga dalam ASEAN 2023 ini, Indonesia ingin melihat penguatan kerja sama konkret dengan prinsip inklusifitas dan kerja sama ekonomi serta ekonomi pembangunan. Pilar ini menjadi sangat penting mengingat makin tajamnya rivalitas di kawasan Indo-Pasifik.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan tiga isu utama yang diusung Indonesia adalah transisi energi berkelanjutan, transformasi digital, dan arsitektur kesehatan global.
Indonesia terakhir kali memegang posisi Ketua ASEAN pada 2011. Sepanjang tahun itu Indonesia berhasil menggulirkan sejumlah inisiatif, antara lain Implementasi Cetak Biru Komunitas Politik-Keamanan ASEAN dan mendorong terbentuknya ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPR) dalam bidang manajemen resolusi konflik. Dalam bidang maritim, ASEAN juga berhasil menyepakati penguatan kerja sama melalui ASEAN Maritime Forum (AMF) guna penanganan kejahatan lintas negara secara komprehensif. Termasuk juga kesepakatan tentang kawasan bebas senjata nuklir di kawasan ASEAN.
Laman Sekretariat Kabinet mencatat, selama kepemimpinan di ASEAN pada 2023, diperkirakan lebih dari 300 pertemuan akan terselenggara di Indonesia, baik terkait ekonomi, sosial budaya, maupun politik dan keamanan. Indonesia juga akan memperkuat peran Jakarta sebagai diplomatic capital of Indo-Pasific melalui keberadaan Sekretariat ASEAN. Dalam rangka meningkatkan pariwisata dalam negeri, ada kemungkinan sejumlah pertemuan akan digelar di luar ibu kota seperti di Bali, Labuan Bajo, Lombok, Surakarta, atau Yogyakarta. (Putry dya)