Cakrajatim.com, Sidoarjo: Politik identitas selalu menjadi komoditas diperhelatan Pemilu. Masyarakat perlu menanggapi wajar munculnya gejala ini, karena politik identitas tidak selalu buruk. Tetap kuatkan silaturahim diantara kita. Pegangannya adalah persatuan dan kesatuan.
Anggota MPR RI dari FPAN, H. Sungkono dalam sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, Minggu (5/6) menjelaskan, sudah mencium tanda-tanda polarisasi di tengah masyarakat menjelang Pilpres 2024. Sudah mulai muncul kelompok yang berbeda arah antar. Pendukung ini dan itu.
Wajar saja munculnya Antar-pendukung di setiap Pilpres dan itu terjadi di negara manapun, tapi tetap dalam koridor menjaga persatuan dan kerukunan. Jangan karena berbeda pilihan lalu terjadi keributan. Persatuan bangsa sangat mahal harganya, “Persatuan jangan dikorbankan karena perbedaan pandangan, ” Ujarnya.
Bila seseorang semakin sering mengikuti kegiatan agama maka dia punya alasan lebih besar untuk memilih kandidat yang seagama. Ini politik identitas yang positif. Biasa sajalah melihat hal seperti ini dan masyarakat tidak perlu sensitif.
Kini, politik identitas acap kali menjadi komoditas kelompok tertentu yang menggunakan identitas keagamaan untuk kepentingan tertentu seperti yang terjadi dalam konteks Indonesia dewasa ini.
“Semangat kita adalah menjaga toleransi, tidak SARA dan tidak adu domba antar agama, ” Ujarnya. Dan Sungkono meminta, jangan sampai kita sibuk urusi pilpres sehingga masyarakat lupa urusan global yang sudah depan mata. Harga BBM dunia yang meroket, upaya kelompok tertentu yang ingin memecah bangsa dengan membawa isi agama dan SARA. “Ada lho, orang Indonesia berkoar di luar negeri yang memfitnah pemerintah dan islam.
Oknum warga Indonesia yang berada di Amerika, selalu berkoar menjelek – jelekkan pemerintah dan Islam melalui fitnah di medsos. Racun yang disebar melalui medsos ini tidak akan berhasil bila masyarakat guyub dan kompak. “Sedahsyat apapun fitnahnya tidak akan mempan bila di masyarakat sudah tertanam rasa Persatuan dan kesatuan, ” Tambahnya.
Ia melanjutkan, yang berkulit putih jangan arogan dan yang berkulit hitam jangan merasa menang sendiri. Bila terjadi perbedaan solusi baiknya adalah ber ta’aruf. “Saya bukan orang rasis, tetapi cobalah yang berkulit hitam dan putih saling menghargai. Indonesia akan menjadi bangsa yang tangguh bila kehidupan bernegara diresapi dengan benar, ” Terangnya.
Sungkono, memperkirakan Pilpres 2024 lebih keras dari 2019. Situasi panas ditiupkan melalui medsos. Makanya bahayanya internet bila digunakan untuk saling serang dan saling kecam. Padahal apa yang didapatkan rakyat dari situasi ini tidak ada. Yang di atas santai – santai saja kok Yang di bawah saling caci maki.
Pemilu memang penting untuk menjaga dan menjamin hak warga memilih pemimpinnya. Yang Pemerintah harus memastikan dan menjamin isu tentang masuknya warga negara lain yang masuk ke tanah air untuk mencoblos suara itu sungguh tidak ada. Isu ini harus dipastikan tidak terjadi. Karena ini bisa menjadi bibit persoalan akan mengeras. (hdi)