Sidoarjo, Rasa persaudaraan saat ini sulit ditemukan. Mereka acuh terhadap lingkungan sekitar dan mulai tidak patuh terhadap hukum. Lihat saja bila ada kecelakaan di jalan, bukan orangnya yang di tolong, dompetnya yang “ditolong” dibawa kabur.
Anggota MPR RI, H Sungkono dalam sosialisasi 4 pilar Kehidupan berbangsa dan bernegara, di Sidoarjo, Sabtu (24/9) sore, merasakan ada nuansa pasif pada sebagian masyarakat yang acuh tak acuh terhadap tetangga dan lingkungan sekitar rumahnya.
Sangat Keterlaluan bila ada tetangga yang kelaparan dibiarkan. Cari tahu kenapa tetangga sampai kelaparan, bila memang tidak punya uang membeli beras selayaknya dibantu. Tetangga yang sakit keras dibantu. Hidup bertetangga harus saling bantu membantu. Orang yang ekonominya mapan, membantu tetangganya yang tidak beruntung.
Mengamalkan Pancasila itu dimulai dari hal kecil dulu, menjaga hubungan dengan keluarga besarnya, para tetangga dan lingkungan kerjanya.
Saat ini banyak orang yang teriak pancasila, tetapi perbuatannya tidak mencerminkan pancasila. Merasa dirinya paling pancasila, merasa dirinya paling penting di lingkungan. Tapi tetangga sakit parah, dia tidak ke luar untuk membantu. Tetangga sulit makan, juga tidak dibantu. Malahan dengan tetangga sering berantem.
Ia mengingatkan, perbedaan yang terjadi di tengah kita adalah sebuah keindahan seperti mozaik yang indah dipandang. Janganlah perbedaan dianggap sebagai permusuhan lalu membela kelompoknya tidak peduli itu salah atau benar.
Anggota fraksi PAN di DPR ini menilai orang yang bersikap pasif itu telah kehilangan jati dirinya, orang seperti ini biasanya senang melihat orang susah dan susah melihat orang lain senang.
Ketaatan terhadap hukum merupakan fondasi, menurutnya kita semua rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke harus patuh terhadap hukum. Jangan menggunakan narkoba, dan laporkan ke petugas kepolisian bila tetangga bermain narkoba. Pengaruh narkoba dapat merusak lingkungan dan bahkan menyentuh anak kita.
Ia menyesalkan perbuatan sekelompok massa di Papua, yang justru membela pemimpinnya yang sudah ditetapkan tersangka. Ini adalah salah bentuk pembangkangan hukum yang dilakukan secara massal.
“Kita hormati institusi hukum, jangan bertindak semaunya. Menggunakan kekuatan untuk hukum rimba, ” Tuturnya.
Bahaya yang di depan kita saat ini adalah buzzer-buzzer yang mendompleng medsos mempengaruhi akal sehat masyarakat. Para buzzer masuk ke rumah dan kamar-kamar kita untuk mengobrak-abrik pikiran masyarakat.
Pengguna internet yang belum matang akan mudah dipengaruhi. Bahaya medsos ini menyerang orang intelek, yang kaya dan semua masyarakat telah dicekoki dengan pikiran jahatnya. “Saya mengajak orang tua lebih berperan memfilter informasi yang diterima anak-anaknya. Memang berat, saya ikut merasakan kesulitan itu, ” Ucapnya di depan masyarakat Sidoarjo, kemarin. (hdi)