Sidoarjo, Semerbak bau sampah Benowo, Surabaya, kini telah berakhir. Bau busuk menyengat itu sudah “disuntik mati’ dengan eco Lindi, cairan kimia temuan Kadis DLHK Sidoarjo, Bahrul Amig.
Volume sampah Surabaya di Benowo yang lebih besar dari Jabon, Sidoarjo, kini berakhir dengan solusi sederhana. Berupa penyemprotan eco Lindi.
Bahrul Amig, ditemui Senin (26/9) sore membenarkan Eco Lindi yang menghilangkan bau busuk TPA Jabon, kini dimanfaatkan untuk membuang bau busuk TPA Benowo.
Ia membanggakan teknologi temuannya yang sudah mulai dikenal daerah seluruh Jatim. Pejabat Lingkungan hidup seluruh Jatim pernah melakukan study. Dengan mengambil sampling TPST Siwalan Panji, Kecamatan Buduran.
Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo berkolaborasi mengatasi bau sampah yang berasal dari TPA Benowo, selama penyelenggaraan pertandingan Kualifikasi Grup F Piala AFC U-20.
Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya mengatakan, cairan organik mikro organisme generasi keenam (EM 6) yang selama ini digunakan untuk meminimalisir bau sampah ternyata kurang efektif.
“Masih ada bau sengkring-sengkring-nya sehingga kenyamanan sedikit terganggu walaupun baunya sudah jauh berkurang. Titik yang di dalam Gelora Bung Tomo (GBT) sudah nihil. Titik di jalan masuk yang agak bau, ini kami upayakan saat pertandingan Timnas melawan Vietnam.
karena itu, pihaknya berkoordinasi dengan Pemkab Sidoarjo melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK).
Sebanyak 30 ribu liter cairan pengeliminir bau dari DLHK Sidoarjo disemprotkan di TPA Benowo dari Kamis pagi.
“Progresnya ternyata aman. Kami cek per jam 15.00 WIB sudah nihil baunya. Nanti mungkin kalau ada sampah baru lagi yang masuk akan disemprot lagi. Mudah-mudahan selama pertandingan AFC aman,” imbuhnya.
Hebi menambahkan, penyemprotan untuk menghilangkan bau khusus buat sampah yang baru masuk TPA Benowo.
Bahrul Amig, merasa puas dengan uji coba di TPA Benowo.
“Saya bisa menyatakan 10 bulan terakhir TPA Jabon zero complain dari warga akibat baunya yang menyengat. Hasil laboratorium juga aman, memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan Sidoarjo relatif tidak ada keluhan dari warga terkait bau,” kata Amig.
Terkait cairan Eco Lindi yang disemprotkan di TPA Benowo, Amig menjelaskan, dia membuat sebanyak 3 ribu liter Eco Lindi sebagai biang yang kemudian diolah bersama DLH Surabaya untuk disemprotkan.
“Bareng-bareng kami bikin, kami tunjukkan caranya membuat, kemudian disaksikan dalam hitungan menit sudah nggak berbau,” katanya.
Dia melanjutkan, pembuatan Eco Lindi ini tidak sama seperti membuat cairan Eco Enzim, atau EM 6 dan EM 4. Dalam formula Eco Lindi, Amig menyebut, bukan hanya mikroba yang berperan tapi juga katalis organik yang lebih spesifik.
Cairan Eco Lindi merupakan buah karya pemikiran Amig dan anaknya yang masih berkuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Bahkan, karya itu sudah diapresiasi Ahmad Muhdlor Ali Bupati Sidoarjo.
Amig menyebut, Eco Lindi sedang dalam proses pendaftaran supaya bisa segera dipatenkan dan diproduksi massal dengan harga terjangkau.
“Semoga ke depannya bisa berguna untuk masyarakat, terutama menyangkut limbah yang menimbulkan bau seperti di peternakan, tumpukan sampah yang cepat menimbukan bau tidak nyaman,” pungkasnya. (di)