Oleh hadi
Kemarin malam, teman saya seorang pejabat penting Sidoarjo berkabar rumahnya digeruduk beberapa orang yang mengaku wartawan untuk mendapatkan salam tempel Lebaran.
Mereka bermobil, ada yang berlima atau berenam. Bukan satu kelompok saja tapi beberapa dan selalu datang malam hari. Tak ada satupun yang dikenal, mereka tampak asing namun berlagak sok kenal. Setelah mengumbar basa-basi dan misinya sukses langsung pamit.
Ini sudah terjadi beberapa malam. Anehnya, kelompok wartawan ini selalu tahu saat sahabat saya ada di rumah.
Dari peristiwa ini, saya bisa memahami banyak para pejabat sementara ini menonaktifkan nomor ponselnya karena takut digeruduk. Ponsel di aktifkan disaat diperlukan.
Dalam musim Lebaran, ada istilah wartawan AKDK (Antar kota dan kabupaten). Wartawan jenis iblni Daya jelajahnya bukan bergerak di satu titik, namun mobili keliling daerah. Sambar sana sambar sini. Kalau Sidoarjo di rasa kering, mereka bergerak ke daerah lain yang dirasakan basah-basah empuk heheheh.
Dan justru daerah pinggiran seperti Tulungagung, Ponorogo, trenggalek, Jember, Situbondo, Lumajang, para pejabat atau swasta lebih berempati terhadap kebutuhan wartawan di hari Lebaran.
Bagaimana Sidoarjo? Bagi wartawan Sidoarjo termasuk wilayah yang tak ramah bagi wartawan. Mungkin takut diintai KPK. Ribuan pabrik di tempat ini, tapi hanya pabrik bumbu “Machmudah’ Tanggulangi yang mengundang puluhan bahkan ratusan wartawan dengan angpo lumayan menggairahkan.
Apakah setelah ber ” Sodaqoh” Pabrik ini bangkrut? Malah tidak, bumbu Mahmudah semakin besar dan berkibar.