Kecamatan Jabon kerap dipandang sebelah mata. Anggapan sebagai tempat sampahnya warga Sidoarjo dan keterbelakangan secara ekonomi dan pendidikan. Sejatinya Jabon adalah emas murni yang seolah dilupakan.
Warga Jabon sesungguhnya manut dan “nriman” wilayahnya dijadikan pembuangan akhir sampah. Coba kecamatan lain, mana ada warganya yang rela dijadikan TPA sampah. Namun warga Jabon tidak, kendati bau sampah menyengat terlebih di musim hujan tetapi mereka mau “mengalah”.
Pemkab Sidoarjo seharusnya memberikan perhatian ekstra terhadap pembangunan wilayah Jabon. Disediakan SMA negeri dan bila perlu jumlah SMK dan SMP negeri yang hanya satu itu ditambah lagi. Sehingga warga Jabon tidak perlu sekolah jauh-jauh. Dibuatkan pasar representatif atau dibangun desa2 wisata. PLN dan PDAM Wajib melayani Jabon.
Anggota DPRD dari Dapil 2 (Jabon) jangan tidur melulu. Kritiklah pemerintah setajam2nya bila melihat ketimpangan. Jangan hanya jual citra di Jabon.
Toh selama ini PKB tidak pernah lalang di Jabon baik Pilleg maupun Pilkada. Dalan 5 kali pilkada sidoarjo, PKB selaku berjaya di kecamatan yang berbatasan dengan kab pasuruan ini.
Baru setelah Maspion masuk dengan menebas 200 hektar lahan Jabon, barulah banyak orang melihat prospek Jabon. Jabon akan menjadi emas berkilau bila tangan2 pintar pemerintah dan DPRD mampu menggosok emas murni itu agar memiliki nilai jual tinggi. Tapi emas akan menjadi onggokan loyang bila tangan pintar itu ternyata tidak pintar bekerja. Sebelum investor menyerbu hendaknya tata ruang Jabon harus ditata sebaik2nya. hadi