Awalnya dua tokoh politik Sidoarjo adalah sejawat. Tapi karena urusan Pilkada, berpisah sementara. Setelah Pilkada selesai keduanya bergandeng tangan kembali. Dan berakhirlah perselisihan seiring dengan selesainya Pilkada.
Itulah politik, tidak ada perselisihan atau permusuhan abadi. Kedua tokoh sentral Sidoarjo menunjukkan kualitas kedewasaan dalam berpolitik. Mereka berdua menunjukkan teladan kepada masyarakat Sidoarjo.
Abah Bandi dari hasil quickcount pilkada Sidoarjo memperlihatkan hasil survey yang lebih tinggi dengan selisih sekitar 10% dari rivalnya mas ahmad amir aslichin. Hasil resmi real count akan ditunjukkan KPUD nanti.
Sedangkan abah Usman, adalah ketua tim pemenangan 02. Mantan ketua DPRD Sidoarjo inilah yang paling habis-habisan membentengi 02. Namun rakyat Sidoarjo telah memutuskan Abah Bandi (sementara) sebagai pemenangnya.
Memang sakit kalah itu dan memang malu kalah itu. Tapi inilah ongkos politik yang harus dibayar ketika kalah. Dan yang paling takjub dari semua ini, dua kubu yang terbelah itu dengan cepat menyatu untuk melupakan semua kejadian kemarin. Memang butuh waktu menyembuhkan hati yang luka, tapi tidak ada manfaat menyimpan luka. Lebih baik bersama bersatu membangun Sidoarjo.
Semoga pemimpin baru Sidoarjo mendapat amanah, memimpin lebih baik dari bupati2 sebelumnya, memenuhi janjinya dapat menuntaskan visi misinya selama 5 tahun ke depan. Amiin.. YRA…