Opini hadi
Sebuah berita yang dimuat kemarin oleh liputan sidoarjo.com, tentang dihapusnya hibah muslimat dan aisyiah dari APBD 2015, cukup menggelitik saya untuk menanggapi. Berita itu mempertanyakan “ada apa penghapusan dana hibah 2 ormas wanita terbesar”
Memang tidak tanggung-tanggung, Muslimat yang Banom NU pada 2023 memperoleh hibah dari Pemkab Sidoarjo sebesar Rp 8 miliar. Aisyiah yang merupakan Banom Muhamadiyah dapat Rp 4 miliar. Seyogyanya tahun 2025 dapat lagi karena dana hibah diberikan setiap 2 tahun. Hibahnya walaupun tidak ditambahi, harapannya nilainya bertahan saja lumayan.
Ternyata dalam APBD 2025 yang digedok, sabtu kemarin, dana hibah Muslimat dan Aisyiah tidak muncul. Konon dana hibah dialihkan untuk anggaran infrastruktur daerah.
Penghapusan hibah Muslimat dan aisyiah menimbulkan ragam pertanyaan, ada apa dengan Timnggar dan Banggar. Dua tahun lalu aman2 saja ketika anggaran daerah dikucurkan untuk hibah. Tapi kenapa tahun depan ditiadakan. Apakah ada faktor hukum yang dapat menjerat atau alasan politik?
Anggapan saya, Dasar hukum penghapusan hibah ini pasti kuat. Tidak mungkin Pemkab memutuskan tanpa dasar hukum.
Saya ingin menanggapi 2 hal:
- Penghapusan ini ada benarnya, selain nilai hubah yang super jumbo. Pemberian hibah Muslimat dan aisyiah dapat mengundang kecemburuan Ormas lain. Hibah Rp 8 miliar bukan angka kecil, aisyiah dapat 4 miliar juga untuk apa? Pengurus dua Ormas juga tajir-tajir. Pantas saya menduga uang hibah bukan untuk kepentingan umat (SDM) tapi untuk kehidupan hedon pengurus.
- Penghapusan dana hibah ini juga untuk “menyelamatkan” dari kemungkinan pelanggaran pidana. Memang pemberian hibah dari dari tahun ke tahun aman-aman saja. laporan keuangan (SPJ( nya juga sudah diterima dengan baik. Artinya hibah ini tidak melanggar hukum. Mungkin ini satu cara Pemkab untuk “ngeman” Ibu pengelola dana hibah dari kemungkinan yang terburuk dari tsunami hukum.
Saya menduga tidak mungkin ada asap bila tidak ada api. Artinya di dalam DPRD Sidoarjo mulai terlihat temboknya mulai retak. Genteng gedung juga mulai rapuh. Rasanya perlu obat kuat atau semen yang kokoh agar tembok dan genteng berdiri kokoh.