Dalam 2 bulan terakhir jahat medsos Sidoarjo diramaikan dengan komentar2 soal kegiatan Narsum anggota DPRD Sidoarjo. Komentar miring sampai bernada sinis menghujam para wakil rakyat kita.
Banyak pula yang bertanya, ke mana opini hadi kok seolah tidak berkutik ketika pegiat medsos ramai dengan hal ini. Di mana kritikan opini hadi yang seakan buta melihat persoalan narsum dan banyak ragam yang men japri ponsel saya untuk menanyakan posisi saya.
Perlu saya tegaskan saya bukan kritikus. Seorang kritikus harus berilmu, mininal harus memiliki pengetahuan sebelum dia melakukan kritikan terhadap sebuah lembaga atau pada kinerja pejabat. Opini saya hanya menyampaikan fakta/kejadian dengan bumbu2 sederhana saja. Jadi tidak jauh ke mana2.
Berikutnya saya sehari-hari melakukan pekerjaan liputan di gedung DPRD Sidoarjo. Banyak hal sebenatnya yang bisa saya ungkap dari kegiatan narsum, dan tidak saya lakukan karena tentu akan mengganggu hubungan personal saya dengan para anggota dewan.
Dan satu prinsip, saya tidak akan membakar rumah saya sendiri atau tempat saya numpang hidup.
Dan ini yang paling penting, kegiatan narsum itu sudah diatur dalam surat permendagri atau keputusan yang sederajat. Anggaran yang konon Rp 20 miliar tahun 2022 sudah disepakati bersama eksekutif dan legislatif. Berarti narsum ini sudah menjadi barang halal. Lalu mau apa lagi.
Soal etika itu susah di tanggapi karena etika tidak ada patokan dan ukurannya. Doakan saja supaya para wakil rakyat kita akan baik2 saja.
Saya memperkirakan, secara psikis dan fisik seberapa kuat anggota DPRD Sidoarjo dapat menjalankan kegiatan ini sepanjang tahun 2022 nanti? Pada akhirnya mereka akan kehabisan materi pembicaraan dan menghadapi titik jenuh.
Coba bayangkan, mereka mengisi materi narsum setiap 3 atau 4 hari sekali dengan berpindah-pindah tempat dan audiens yang berbeda-beda dan tentu tema yang berbeda pula.
Berbicara di depan banyak orang perlu kepercayaan diri yang kuat. Dan rasa percaya diri itu timbul bila wakil rakyat punya ilmu yang cukup untuk berbicara dan menjelaskan di depan audiens. Kalau ilmu pas2an pasti merasa minder dan itu mempengaruhi otak kiri dan kanan.
Bila kegiatan ini hanya dijalankan satu atau dua kali mungkin masih kuat, tapi kalau berkali-kali dengan tempo jadwal yang amat ketat maka di sini akan timbul titik jenuh. Dan berpengaruh terhadap kesehatan wakil rakyat kita.
Kehabisan materi dan titik jenuh suatu saat akan tiba. Tinggal menunggu waktu saja. Tanpa dimintapun kegiatan narsum akan berhenti dengan sendirinya. Karena itu paling penting jaga kondisi kesehatan dan pikiran kita. Mumpung kita masih diberi kesehatan dan umur panjang