Opini hadi (4)
Peristiwa yang dialami Bupati Muhdlor saat ini seperti 4 tahun lalu ketika Bupati Saiful Ilah juga terjerat KPK. Kejadiannya hampir sama sekitar 8-10 bulan sebelum Pilkada, KPK sudah menetapkan tersangkanya.
Entah berat atau ringan kasusnya, bukan Jaksa atau polisi, tapi KPK yang masuk menjeratnya. Seolah KPK punya telinga dan mata di Sidoarjo, penyadapan di cekungan yang sensitif seperti di kantor pelayanan pajak dan pendopo. Dan Klimaksnya sasarannya adalah kepala daerah.
Apakah Gus Muhdlor jadi tumbal politik dari Pillkada 2024, untuk mengerem laju elektabilitas Bupati yang begitu tinggi? Ataukah ada unsur lain di luar itu.
Sebetulnya jeglongan (kubangan) kecil serta ranjau darat yang membuat Gus Bupati tergelincir itu kecil. Saya menyebut jeglongan kecil karena nilai barang bukti yang disita dari pegawai BPPD, Siskawati hanya Rp 69 juta. Sebagai catatan BB itu tidak disita dari Gus Bupati. BB itu hanya seharga vespa primavera.
Tapi jeglongan kecil itu telah membuat “patah” Kaki dan tanggan Gus Muhdlor. Kalau sudah begini maka sukseslah skenario untuk menghentikan langkah Gus Muhdlor maju di Pillkada 2024. Kini Bupati Muhdlor hanya bisa merenung dan merenungi nasibnya.
Padahal pembangunan pesat Sidoarjo yang digerakkan secara masiv oleh Bupati Muhdlor dijadikan modal untuk turun lagi di Pilkada. Tapi kini, ah.. Sungguh tragis. Sekarang jangankan mikir Pilkada, mikir nasib saja sudah pening rasanya.