Oleh: hadi hds
Sebelumnya debutan eksekutif itu adalah Ari Suryono yang sudah ditersangkakan KPK dalam kasus OTT. Yang terbaru debutan baru sekarang adalah Kadispora, Yudhi Irianto.
Karier birokrasi Yudhi melesat tajam berkat campur tangan mentornya, Ari Suryono. Keduanya sama menjadi ajudan bupati. Ari sempat jadi ajudan bupati Sujito tahun 1998 an, dan Yudhi ajudan Bupati Win Hendrarso tahun 2001.
Pembawaan Ari dan Yudhi nyaris sama, paras sama gantengnya, cool, bicara pelan dan hati-hati. Loyalitas tinggi dan dapat dengan cepat menyesuaikan selera bupati.
Yudhi yang awalnya hanyalah Kabid di BPKAD Sidoarjo, langsung naik menjadi Kabag Protokol sesaat ketika Ari ditarik Gus Muhdlor dari kepala perijinan menjadi Kepala BPPD (Badan Pelayanan Pajak Daerah).
Luar biasanya, dalam tempo sebentar, Yudhi naik eselon 3 ke 2b dengan menyandang Kadispora. Di tempat barunya, Yudhi memutasi anak buahnya 4 kepala bidang pindah ke dinas lain.
Rejeki nomplok itu datang lagi ke Yudhi setelah ditunjuk jadi Plt kepala BPPD, menggantikan posisi Ari Suryono, yang sudah ditahan. Yudhi kini memegang 2 jabatan strategis, sebagai Kadispora dan Plt Kepala BPBD Sidoarjo.
Bupati seharusnya menghindari anak buahnya dengan previlege istimewa. Dulu ketika bupati Saiful Ilah, pejabat yang menjadi anak emasnya ada 2 orang, Joko Sartono (Sekkab) dan Ari Suryono. Cerdasnya Ari, dia juga jadi pejabat kepercayaan Gus Muhdlor.
Lalu berikutnya adalah Yudhi Irianto, Plt Kepala BPBD/kadispora yang dekat dengan Gus Muhdlor.
Pesan dari tulisan ini, bupati Sidoarjo ke depan harus membuang jauh pemberian previlege yang membuat perasaaan superior pada anak buahnya. Tidak lagi muncul Baperjakat besar, Baperjakat kecil. Itu akan membuat tirani kecil atau bupati kecil di Sidoarjo yang malah menciptakan ketidakharnisan di kalangan internal Pemkab.
Bupati Gus Muhdlor dalam kesempatan ngobrol, pernah mengutarakan perasaannya kepada saya, ‘mas, kiro2 aku duwe musuh di intern,? “…. spontan saya jawab ” Banyak. Gus”….